Buah Kesetiaan
Kejadian 39 : 5-6a
SOBAT obor, Jim Elliot adalah seorang misisonaris yang mati martir saat ia mengadakan penginjilan. Ia adalah seorang muda yang berbakat dengan wibawa yang luar biasa ketika berkhotbah. Ia baru berumur 28 tahun dengan istri yang belum lama menikah ketika ia berangkat ke Ekuador. Ia dan rekan-rekan mempersiapkan segalanya begitu lama untuk menginjil di sana. Tapi, dua hari setelah mereka mendarat disana, mereka ditombak sampai mati.
Apakah pelayanan mereka selesai sampai di situ atau apakah pelayanan mereka sia-sia? Tidak! Beberapa waktu sesudahnya, Elisabeth Elliot, istrinya melanjutkan pelayanan itu. Kematian Jim menjadi sebiji benih yang berbuah kemudian. Karena suku Aucas itu akhirnya menerima Kristus sebagai Juruselamat termasuk pembunuh Jim. Luar biasa! Buah kesetiaan sering kali tidak langsung dirasakan saat kita melaluinya. Kadang membutuhkan pengorbanan besar untuk mendapatkannya dengan waktu yang lama. Yusuf pun mendapatkan buah kesetiaannya setelah ia mengalami serentetan penderitaan yang panjang. Ia harus dibuang dan disiksa oleh saudaranya sendiri.
Ia harus menjadi seorang budak terlebih dahulu, bahkan ia harus hidup terasing jauh dari tanah kelahirannya. Tapi buah kesetiaan itu akhirnya terlihat. Yusuf memperoleh kuasa penuh atas rumah dan semua milik Potifar, tuannya. Bahkan keberhasilan atas rumah itu dirasakan tuannya atas berkat Tuhan bagi Yusuf. Apakah ujian kesetiaan itu selesai sampai di sini? Tidak. Iman Yusuf harus diuji lebih hebat lagi setelah itu.
Setelah kita setia atas tanggung jawab yang kecil, kita akan diuji lagi dengan tingkatan tanggung jawab selanjutnya. Semakin lama semakin bertambah dan buahnya juga semakin besar terlihat. Kalau kita berhenti dan menyerah sebelum waktunya, maka tentu kita tak akan mendapat apa- apa. Maka, jika pemuda Kristen diberi ujian kesetiaan, jangan lihat sukarnya lebih dulu, tapi bayangkan buah apa yang akan kita petik nanti. Setialah! Amin. (DLW)