Menjaga Kekudusan
Kejadian 39 : 6b-10
SOBAT obor, ada sebuah petikan kalimat yang berkata, “tiada dosa yang lebih nikmat dari dosa seksual!” Benar, karena dosa seksual ini sangat menggoda dan memuaskan birahi manusia, maka iblis banyak sekali menggunakan godaan ini untuk menjatuhkan manusia bahkan seorang hamba Tuhan sekalipun. Seks dan makanan adalah dua mekanisme alami untuk bertahan hidup yang dibuat menyenangkan agar kelangsungan generasi manusia dapat terjaga. Tapi kalau kebablasan dan tidak dikontrol, maka pasti hasil akhirnya adalah kehancuran. Seperti halnya makanan yang tidak dijaga dapat mengakibatkan penyakit, ketidakseimbangan berat badan bahkan kematian, demikian pula seks yang tak dikontrol dapat mengakibatkan malapetaka.
Dengan apakah kita bisa mengendalikan diri dari seks yang tidak benar? Yusuf memberikan jawaban melalui bacaan ini. Ketika ia digoda oleh istri Potifar, alasan penolakan Yusuf yang pertama adalah tentang manusia: tuannya Potifar. Kebaikan Potifar dan kepercayaannya yang diberikan kepada Yusuf menjadi alasan Yusuf untuk tidak mengindahkan godaan perzinahan tersebut. Yusuf merasa enggan untuk mengkhianati tuannya.
Dalam kehidupan sebagai pemuda, rasa “tidak enak” terhadap orang sering menyelamatkan kita dari dosa perzinahan. Norma-norma masyarakat masih membatasi sebagian orang untuk melakukan perbuatan dosa ini. Tapi bagi sebagian orang lagi tidak lagi peduli. Kenyataan banyak ditemukan dan tertangkap basah pelaku zinah yang tidak lagi merasa enggan terhadap pasangan resmi satu dengan lainnya. Cerita Yusuf memberi alasan kedua yang paling utama dalam menghindari dosa seksual: Tuhan. Rasa takut terhadap Tuhan harus menjadi alasan utama kita untuk menghindari dosa. Ketika tidak ada orang lagi yang melihat kita maka kita harus ingat ada Tuhan yang tahu ke mana pun dan apa pun yang kita lakukan. Takut akan Tuhan ini membuat kita berupaya menjaga kekudusan hidup. Kalau komitmen kita menjaga kekudusan Tuhan karena kita mencintai Tuhan betul terjaga, maka godaan apapun tak akan pernah bisa menjerat kita. Amin. (DLW)