Mengucap Syukur | Markus 6:39-42
Sobat obor, “Yesus mengambil 5 roti dan 2 ikan itu, menengadah ke langit, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti, dan membagi-bagikan”. Kalimat ini mirip dengan bahasa dalam Perjamuan Kudus, Yesus yang mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkan, dan membagi-bagikannya kepada murid-murid Nya. Di sini jelas sekali kaitan dengan “pribadi Yesus” yaitu Yesus sedang menunjuk kepada diri-Nya yang juga dipecah-pecahkan tubuh-Nya untuk menjadi makanan rohani bagi banyak orang. Dalam peristiwa itu, Yesus bukan sekedar mengenyangkan mereka secara fisik saja, tapi memberi jawaban akan kebutuhan manusia yang membutuhkan hidup yang kekal dengan makan Roti Hidup itu.
Tuhan Yesus juga hendak mengajarkan bahwa Allah di surga memelihara umat-Nya, bukan hanya memelihara mereka melalui makanan, tetapi memelihara mereka dengan hidup yang kekal. Hidup di dalam Allah dan Allah hidup di dalam mereka, itulah hidup yang kekal. Cukupkah hanya mendapat roti dan ikan (=makanan jasmani)? Tidak. Jika mereka ingin Yesus menjadi pemberi roti, maka mereka akan mempunyai roti yang cukup seumur hidup mereka, tetapi mereka terus hidup di dalam keberdosaan mereka, dan murka Tuhan menanti ketika Tuhan menyatakan kerajaan Nya. Kerajaan-Nya akan datang dan mereka akan binasa. Binasa, walaupun dengan perut yang kenyang! Jika demikian, apakah gunanya roti? Apakah gunanya kenyamanan hidup di dalam makanan, pakaian, dan keamanan jika ternyata kita tidak memperoleh tempat di dalam kerajaan-Nya. Itulah sebabnya Allah juga mengirimkan “roti” yang akan memberikan hidup kekal.
Apakah kita lapar akan makanan yang memberi hidup yang kekal? Marilah kita datang kepada Yesus agar jiwa kita tidak lapar lagi dan percaya kepada-Nya agar jiwa kita tidak haus lagi. Orientasi hidup kita adalah Yesus sang Roti Hidup, yang harus memotivasi kita untuk berusaha dan berjuang memenuhi rasa lapar kita yang sesungguhnya. Sering urusan perut menjadi yang utama sampai Yesus sendiri dikesampingkan. Amin (bfp)