Usahakanlah Dan Berdoalah Untuk Kesejahteraan Kota | Yeremia 29:1-9 | Pdt. Meifira M. Tanor, M.Th

Yeremia adalah sosok yang ditetapkan sebagai abdi Allah sejak dari dalam kandungan. Ketika belum genap umurnya tiga puluh tahun, ia telah diperintah untuk mulai bertugas. Allah memanggilnya untuk bertugas sebagai seorang nabi. Ia merespon panggilan itu dengan berkata bahwa ia masih muda. Seorang imam dalam aturan agama Yahudi haruslah berusia 25 tahun. Usianya waktu itu kira-kira 20 tahun. Ia membayangkan diusia belia, ia mendapat tugas yang berat. Karena tugas seorang nabi adalah menerima Firman dan menyampaikannya kepada orang lain. Ia sebagai penyambung lidah Allah. Sesuatu yang benar bukan hanya diserukan tapi juga harus dipraktekkan.

Allah berfirman kepadanya: “Ketahuilah pada hari ini aku akan mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan. Untuk mencabut dan merobohkan; untuk membinasakan dan meruntuhkan; untuk membangun dan menanam”. Ternyata Yeremia mendapat tugas untuk meruntuhkan keyakinan-keyakinan palsu, harapan-harapan semu yang lahir ditengah bangsanya. Yeremia diberi tugas untuk mengingatkan bangsanya agar menyerah saja dan tidak memberontak melawan Babilonia. Bangsa Yehuda harus menyadari keberadaan mereka di Babilonia sebagai akibat dari ketidaksetiaan kepada Allah. Melalui tangan kerajaan kafir, Allah mau “mencambuk” umat-Nya sendiri yang sudah terlampau jauh menyeleweng.

Sekitar 70 tahun Allah menetapkan bangsa itu berada dalam penjajahan Babilonia. Mereka menjadi bangsa asing ditengah penduduk Babilonia. Mereka berada dalam situasi yang sama sekali berbeda. Tekanan psikologis menggoncang mereka. Apalagi ketika mereka percaya dan  menaruh harapan pada nubuat palsu. Nubuat yang menyatakan bahwa penderitaan mereka tidak akan berlangsung lama. Allah menolong dengan segera. Sehingga mereka hanya bisa menunggu sambil mengharapkan belas kasihan orang lain.

            Yeremia mengetahui hal itu. Ia tahu masa pembuangan tidak akan berakhir dengan segera. Oleh karenanya ia mengingatkan bangsa Yehuda untuk bekerja dan berusaha hidup selayaknya. Bukannya harus berdiam diri, sambil pasrah terhadap kenyataan. Tapi kepada mereka diberikan tugas untuk mengusahkan kesejahteraan kota. Jika Babel sejahtera, maka kesejahteraan itu akan berdampak bagi mereka. Sebab Bangsa Yehuda bukan hanya tinggal sebentar. Babel kini menjadi rumah baru mereka.

            Janji penyertaan Allah membuat Yeremia  tidak gentar. Allah menjamah mulut Yeremia, menaruh perkataan-perkataanNya dalam mulut Yeremia, dan menyertainya sebagai seorang nabi. Dan hasilnya, Yeremia bersedia berkeliling kota mengenakan kuk, sebagai tanda bahwa Yehuda wajib dengan rela menanggung kuk penjajahan Babilonia. Niat baik Yeremia, tidak direspon oleh bangsanya. Ia malah dituduh sebagai seorang pemberontak, seorang yang membela musuh, seorang pengkhianat bangsa. Ia dipenjarakan dan pada akhirnya diceritakan bahwa menurut tradisi, ia mati dilempari batu oleh tangan bangsanya sendiri.

            Sobat obor, sebuah kalimat bijak berkata : “seorang buangan sekedar bertahan, tetapi seorang utusan menjaga kesaksian dan mengusahakan perubahan”. Bangsa Yehuda hanya akan sekedar bertahan, jika mereka terus mengenakan status sebagai seorang buangan. Namun jika ada kesadaran bahwa mereka adalah seorang utusan, maka shalom harus dinyatakan ditempat yang justru tidak mereka suka. Allah mau mereka hidup maksimal sebagai wujud kesaksian umat pilihan-Nya ditengah bangsa asing.

            Ingat kerajaan yang paling besar, yang paling kuat, yang paling perkasa dalam sejarah dunia adalah kerajaan Roma. Tapi, dimana kerajaan itu sekarang? Lenyap, hancur. Mengapa? Bukan kalah perang, tapi karena masyarakatnya menjadi bobrok. Moralnya tidak dibangun. Semua hanya mengejar kesenangan dan hidup dalam kemewahan. Korupsi dan intrik merajalela. Masyarakat dan bangsa yang bagaimanapun besar dan  kuatnya, kalau moralnya bejat, korupsi, maka akan membusuk dari dalam.

            Gereja juga begitu. Kalau kita hanya ingin cari gampang, cari aman, tidak mau yang sulit, tidak mau berani menempuh resiko, maka kekuatannya akan hilang. Apalagi jika generasi mudanya hanya mau hidup enak. Bahaya jika generasi mudanya terlampau terpukau oleh kenyataan-kenyataan masa kini dan tidak lagi sanggup keluar daripadanya untuk menatap masa depan. Bahaya jika generasi mudahnya masa bodoh dengan pergumulan yang terjadi dalam bangsanya. Generasi penerus seharusnya menjunjung integritas sebagai nilai hidupnya. Sebab dari sikap itulah pembangunan terhadap bangsa dimulai, kesejahteraan kota mampu terwujud. Amin (MT)

Welcome to SOBAT OBOR

Install
×