Tujuan | Kejadian 22 : 3-6
Sobat obor, ada saatnya kita harus melakukan sesuatu yang tidak kita sukai untuk masa depan yang juga belum jelas kelihatan. Perjalanan Abraham dengan Ishak selama kurang lebih tiga hari tentu dijalani dengan berat hati. Dalam perjalanan, mungkin saja Abraham melihat dengan sedih anaknya Ishak yang sebentar lagi akan dikorbankan oleh ayahnya sendiri. Demikian pula Ishak yang berjalan bersama ayahnya, mungkin ada pula pertanyaan dalam dirinya tentang arah mana mereka akan pergi, dan apa yang mereka lakukan berjalan sejauh ini. Ayat 4 mengatakan bahwa dari kejauhan Abraham telah melihat Bukit Moria yang menjadi tujuan mereka. Di sanalah maksud Allah akan dinyatakan. Menyembelih anaknya. Bahkan kayu untuk korban bakaran itu pun sudah disiapkannya sejak awal perjalanan mereka. Tapi ada satu kata yang diucapkan Abraham untuk kedua bujangnya ketika hendak menyuruh mereka tinggal dan berpisah sementara, yaitu: sembahyang.
Hidup kita manusia sebenarnya layaknya perjalanan Abraham dari rumahnya menuju ke Bukit Moria. Siapapun kita kita belum tahu jelas akan apa yang terjadi di depan kita. Kadang kita sudah mempersiapkan semuanya dengan baik, tapi ternyata ada begitu banyak halangan di depan kita dan akhirnya tak sesuai dengan harapan kita. Tapi ada kalanya pula kita berjalan tertatih-tatih seperti tak kunjung tiba ke tujuan tapi ternyata finish-nya happy ending. Kata sembahyang menunjukkan iman Abraham tentang apa yang akan dilakukannya diakhir perjalanannya. Meski ia tahu ia akan mengorbankan anaknya tapi ia tetap melihatnya sebagai bagian dari rancangan Allah yang tak pernah salah atau keliru. Kita pun seharusnya demikian. Melalui hidup yang penuh tanya dan tantangan, terkadang kita merasa menuju kesebuah akhir yang tak jelas. Di saat itulah kita mengarahkan tujuan kita pada rancangan Allah. Seperti sembahyang yang menunjukkan sikap kita untuk memuliakan Allah, maka sudah seharusnya setiap perjalanan hidup kita, baik atau buruk kita arahkan kepada maksud Tuhan. Amin. (DLW)

