Sikap Seorang Hamba | Efesus 4 : 2-6

Ada dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam. Saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba ditepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil, sehingga hanya dapat dilalui oleh seekor kambing saja. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling beranipun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya. Saat salah satu kambing menapakkan kakinya kejembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya kejembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu ditengah-tengah jembatan. Jika keduanya masih tidak mau mengalah dan saling mendorong dengan tanduk mereka, maka kedua kambing tersebut akan jatuh kedalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras dibawahnya. Akhirnya yang seekor memutuskan untuk menundukkan badannya dan membiarkan yang lain lewat diatasnya. Dan mereka berdua sampai ketempat tujuan masing-masing dengan selamat.

Sobat obor, ilustrasi singkat ini, mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati. Dalam konteks ini, Paulus menonjolkan tentang aspek sosial dalam jemaat. Tentang bagaimana jemaat seharusnya saling berinteraksi satu sama lain. Paulus menyebutkan beberapa karakter orang yang dipanggil, yakni  rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Karakter tersebut hendaknya diwujudnyatakan dalam kehidupan berelasi dengan sesama, yakni saling membantu. Struktur ini biasanya dimaksudkan untuk menyiratkan sebuah kesatuan. Kesatuan ini tergambar jelas dalam diri Yesus Kristus yang lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29). Oleh karena itu, memiliki sikap rendah hati, lemah lembut, sabar dalam melayani adalah hal yang penting. Meskipun sulit, mari berusaha menjaga sikap sesuai dengan identitas kita sebagai anak-anak Allah.  Berusaha untuk menghadirkan damai sejahtera serta menciptakan gotong royong terhadap sesama disemua kalangan. Amin (sis)