JANJI TUHAN | Mazmur 25 : 8 – 11

sobat Obor, pernahkah kita menantikan sebuah janji yang kita sangat harapkan? Apakah yang kita lakukan saat menunggu janji itu? Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita tentang paduan janji-janji Allah dengan doa-doa Daud. Ada banyak permohonan yang kita baca dalam bagian awal Mazmur ini, dan ada banyak juga yang akan kita dapatkan dalam bagian akhirnya. Di sini, di tengah-tengah Mazmur ini, Daud merenungkan janji-janji itu. Sebab janji-janji Allah itu bukan hanya merupakan dasar terbaik bagi doa, yang memberi tahu kita apa yang harus kita doakan dan mendorong iman serta pengharapan kita dalam doa, melainkan juga sudah merupakan jawaban langsung atas doa kita. Biarlah doa dipanjatkan sesuai dengan janji itu, maka barulah janji itu dapat dipahami sebagai jawaban atas doa tersebut. Namun di tengah janji-janji itu kita kita mendapati sebuah permohonan “ampunilah kesalahanku!”

Meminta ampun atas kesalahan bukanlah suatu hal yang bertentangan dengan janji Tuhan. Setiap kebaikan Tuhan, kasih setia dan kebenaran dari Tuhan yang diberikan sebagai anugerah bagi umat, harus selalu selaras dengan sikap hidup yang kudus. Kudus berarti selalu meminta pengampunan. Perenungan tentang janji Tuhan yang indah, baik harus diikuti dengan kesadaran manusia untuk mengikuti kehendak Tuhan. Jadi sambil menanti janji Tuhan, kita juga harus merenungkan diri, apakah kita layak menerima janji Tuhan itu atau tidak. Layaknya seorang anak yang menantikan janji dibelikan mainan oleh orang tua, pasti berusaha untuk menjaga kelakuannya agar kelihatan baik dan benar supaya tetap layak menerima hadiah itu. Demikian pula seorang beriman menantikan janji Tuhan yang baik, selalu menyelaraskan hidupnya yang kudus dengan meminta pengampunan dari Tuhan. Amin (DLW)