Bangunlah, Angkatlah Anak Itu Dan Bimbinglah Dia | Kejadian 21:8-21 | Pdt. Andre R. M Izaak, M.Th

Sobat obor, pada sekitar tahun 2003 ada sebuah lagu yang cukup terkenal yang dinyanyikan oleh Josh Groban. Lagu ini berjudul You Raise Me Up. Liriknya seperti ini, when i am down, and, oh, my soul, so weary, when troubles come, and my heart burdened be. Then, i am still and wait here in the silence until you come and sit awhile with me. You raise me up, so i can stand on mountains. You raise me up to walk on stormy seas I am strong when i am on your shoulders. You raise me up to more than i can be. Lagu ini kurang lebih hendak membahasakan saat aku terpuruk dan begitu rapuh, saat masalah-masalah datang, dan hati kita terbeban serta membuat kita terdiam dan menanti di dalam kesunyian. Hingga ada kekuatan yang besar datang dan menemani kita, yang memberikan semangat untuk melakukan hal-hal yang luar biasa dalam kehidupan ini. Sehingga boleh berdiri di atas gunung keberhasilan melalui berbagai proses badai kehidupan. Semuanya bisa dilakukan karena Tuhan ada dan menyertai.

Dari lagu ini memberi pesan mendalam bagi kita orang muda. Pesan yang menjadi bahan perenungan dalam menjalani kehidupan ini. Sebab perjalanan kita bukan hanya perjalanan yang nyaman. Tetapi juga perjalanan yang menantang. Akan tetapi, melewati itu semua akan menjadikan kita mengerti bagaimana Tuhan mengatur setiap perjalanan hidup kita dengan baik dan tepat guna mencapai keberhasilan dalam segala hal. Bukan hanya berhasil dalam ukuran dan pandangan dunia tetapi yang utama dalam pandangan Tuhan.

Sobat obor, kisah dalam Kejadian 21:8-21 ini hendak menceritakan bagaimana kompleksnya persoalan yang terjadi antara Ishak dan Ismael, Sarah dan Hagar tapi juga antara Abraham dengan Sara. Perlakuan Ismael yang tak pantas terhadap Ishak di ayat 9 dengan menertawakan atau memperolok-olok (Ibr. metsakheq dari tsekhaq, diterjemahkan bermain) Ishak menjadikan Sara sebagai ibunya marah dan berdampak pengusiran mereka (ay. 10). Permintaan ini menyebabkan Abraham bersedih hati/ gelisah (Ibr. ra’a’, diterjemahkan menyebalkan). Kegelisahan Abraham ini tentu saja menunjukkan masih ada kasihnya terhadap Hagar dan Ismael. Hal ini terlihat jelas juga dari tindakan Abraham di ayat 14 ketika ia pagi- pagi meyediakan makanan dan air buat perjalanan Hagar dan Ismael. Oleh karena itu maka Tuhan pun harus mengingatkan Abraham di ayat 12-13 tentang keturunannya nantinya adalah Ishak sekalipun Ismael juga akan menjadi suatu bangsa. Kita melihat bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan di masa lalu pasti selalu ada konsekuensinya. Ketidaksabaran Sara dan Abraham menanti kehadiran seorang anak membawa mereka bertindak dengan cara mereka sendiri. Tindakan itu akhirnya berdampak di masa yang akan datang yang mau tidak mau harus diterima dan dijalani. Sebab akhirnya memang hanya oleh kehendak Tuhan maka segala sesuatu terjadi walaupun manusia boleh mengubah dan membelokkannya dalam caranya tetapi kehendak Tuhan lah yang berlaku. Konsekuensi ini juga harus ditanggung oleh Hagar dan Ismael. Dalam kisah ini bahkan Hagar sampai putus asa dan membuang (Ibr. syalakh, ditinggalkanyalah) anaknya Ismael di semak-semak dan ia hanya menangis. Suatu tindakan yang tentu saja tidak tepat tetapi disini kita melihat kasih Tuhan kepada Ismael anak Abraham. Sehingga di ayat 18-19 dikatakan melalui Malaikat-Nya; bangunlah (Ibr. qum, bangkitlah), angkatlah (Ibr. anasya’, bantulah) dan bimbinglah (Ibr. khazaq, kuatkanlah/berikanlah keberanian kepada) dia setelah itu maka Tuhan membuka mata Hagar dan memberinya minum lewat sumur yang terlihat oleh Hagar dan kemudian dikatakan Tuhan menyertainya (Ibr. hayah, menjaganya/melindunginya/memberkatinya). Suatu pertolongan yang datang dari Tuhan atas Hagar dan Ismael karena ia mengingat Abraham.

Sobat obor, jangan pernah mudah menyerah dengan keadaan yang sangat sulit sekalipun dan terlihat seolah-olah buntu dan tidak ada jalan keluar. Yakinlah dalam imanmu kepada Tuhan bahwa Dia pasti akan menolongmu. Sebab Tuhan mengasihi kita dan pasti menyertai semua orang yang bukan hanya sekedar percaya kepada-Nya tetapi yang selalu setia melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Amin (ARMI)