Pembelaan | Kejadian 21:10-11
Sobat obor, tahukah kita tentang lagu Kasih Ibu? Liriknya mengatakan seperti ini kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Ungkapan lagu sama seperti sebuah peribahasa yang mengatakan kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang gala. Peribahasa ini hendak menyatakan bahwa kasih seorang ibu tidak pernah berakhir sampai ia menutup mata. Kasihnya tetap akan selalu ada bagi anak-anaknya, sekalipun mungkin ia dilupakan oleh kesibukkan anak- anaknya, ataupun kasih sayang anaknya yang terbagi dengan isteri dan anak-anak tidak serta merta melunturkan kasih sayang seorang ibu. Kasih ini jugalah yang membuat seorang mampu memperjuangkan atau membela harkat dan martabat dari anak-anaknya. Tidak ada kegentaran atau ketakutan saat membela anak-anaknya yang bertinndak benar. Tetapi saat anak-anaknya melakukan kesalahan seorang Ibu menjadi yang pertama memarahi anak-anaknya. Tindakan memarahi anaknya bukan membenci mereka tetapi sebagai wujud sayangnya kepada anak- anaknya.
Sobat obor, hal inilah yang kita baca melalui perenungan kita di hari ini. Sarah membela Ishak anaknya yang mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari saudaranya. Bahkan terlihat pembelaan yang dilakukan begitu keras dan ‘memakan korban’ dengan terusirnya Hagar dan Ismael. Hal ini bagi Sara tentu saja wajar karena bagaimana mungkin seorang yang diberi kesempatan untuk hidup dan tinggal bersama kemudian menjadi seperti musuh dalam selimut di rumahnya sendiri. Inilah puncak kemarahan dari Sara terhadap Hagar yang memandang rendah dirinya ketika mengandung (Kej. 16:5) dan sekarang anaknya yaitu Ismael yang menghina Ishak. Bagi Sara tidak ada jalan lain selain Hagar dan Ismael harus meninggalkan rumah mereka. Sekalipun kita membaca sikap Abraham yang sebal (Ibr. ra’a’, sedih/menjadi gelisah) atas permintaan itu.
Sobat obor, bagaimanakah sikap kita saat melihat saudara, teman, tetangga atau sesama kita dipermainkan/dihina mendapatkan perlakuan yang tidak pantas dari orang lain? Apakah kita hanya sekedar tidak setuju? Ataukah kita berani mengambil sikap untuk membela mereka yang sedang ada dalam situasi yang tidak menyenangkan itu. Amin (ARMI)