Kesedihan Diubah Menjadi Kebahagiaan | Zakaria 8:18-19
Sobat obor, disini kita bisa lihat bahwa dimana orang yahudi melaksanakan puasa dan mengapa mereka berpuasa. Dalam ayat 19 dimana dikatakan bahwa ada 4 puasa yang dijalani oleh orang yahudi yaitu : Pada puasa bulan keempat kota itu direbut, dan pada bulan kelima bait suci dihancurkan dan dibakar; pada bulan ketujuh Gedalia terbunuh, yang tetap tinggal bersama sisa- sisa orang yang telah dikumpulkannya; dan puasa bulan kesepuluh, seperti yang dipikirkan sebagian orang, ditetapkan ketika kota itu dikepung. Jika demikian, puasa bulan kesepuluh mendahului puasa lainnya, kemudian mengikuti puasa bulan keempat, ketiga puasa bulan kelima,dan terakhir, puasa bulan ketujuh, karena kematian Gedalia. Ini kemudian menjadi tanda-tanda berkabung untuk masa pemulihan; karena ketika kota itu dikepung. Ketika Mengingat semua yang akan dilakukan Tuhan, umat tidak boleh membuang-buang waktu untuk berkabung atas malapetaka di masa lalu. Sebaliknya, mereka harus menatap masa depan dengan yakin dan mengubah puasa berkabung mereka menjadi pesta sukacita (18-19). Akhirnya dia menyimpulkandengan mengatakan, Cintailah Kebenaran dan Kedamaian.
Lewat firman ada sebuah kalimat berkata “Jangan menyerah hanya karena satu bab buruk yang terjadi dalam hidupmu. Teruslah melangkah. Kisahmu tidak berakhir disini” Kalimat ini memberi motivasi bagi kehidupan kita bahwa jangan kita menyerah dengan apa yang sudah kita alami di masa lalu jadikanlah itu sebagai pelajaran jangan kita ulang kembali melainkan itu sebagai motivasi bagi kita untuk kuat. Karena apa yang dialami dalam hidup ini bukan sebuah kebetulan tetapi semua dalam rancanganNya. Ingat ayub meski dia kehilangan semua apa yang menjadi miliknya tetapi Tuhan ubah dari kesedihan menjadi kegembiraan yang besar bagi ayub. Itu juga pasti Tuhan akan nyatakan bagi kehidupan kita. Asalkah cintailah kebenaran dan damai. Maka seperti syair :
Kau rangkai airmataku jadi permata, kau ubah kabut hitamku menjadi sutra kepahitan kesukaran kau ubah jadi bintang-bintangkau rangkai air mataku jadi permata. Amin (sis)