Setiap Musuh Akan Berlutut | Mazmur 72:9-10
Sobat obor, saat Jepang kalah dalam perang Dunia kedua ada seorang tentara yang bernama Hiroo Onoda yang menolak untuk menyerah. Untuk itu ia terkenal dengan julukan ‘tentara terakhir yang menolak untuk menyerah’. Hal ini dikarenakan Onoda tetap memilih tinggal di pedalaman hutan di Pulau Lubang, dekat Luzon, Filipina selama 29 tahun, hingga 1974. Ia tak percaya perang sudah berakhir. Sebagai seorang prajurit muda ia tunduk kepada perintah atasannya untuk tidak menyerah. “Setiap prajurit Jepang bersiap untuk mati. Namun, sebagai seorang perwira intelijen, aku diperintahkan untuk meneruskan perang gerilya. Dan tak boleh mati,” kata Onoda dalam suatu wawancara. Pengasingannya berakhir saat komandannya yang sudah sepuh jauh-jauh terbang dari Jepang khusus untuk menemuinya pada Maret 1974. Sang komandan membatalkan perintah yang ia berikan sendiri pada Onoda yang kala itu menyambutnya dengan tangisan hebat. Dengan mengenakan baju tentara lawasnya yang sudah lusuh. Pada 11 Maret 1974, Onoda secara resmi menyerah dan memberikan pedang samurainya pada Presiden Ferdinand Marcos di Istana Malacanang, Manila. Hal ini dapat kita katakan Onoda bertekuk lutut menyerah dengan kenyataan bahwa bangsanya telah kalah.
Sobat obor, hal ini juga yang dibahasakan melalui pembacaan kita hari ini bahwa kiranya penghuni padang belantara berlutut di depannya dan musuh-musuhnya menjilat debu dan kemudian mempersembahkan persembahan. Suatu gambaran tentang betapa kuatnya seorang raja jika dia menjalankan pemerintahannya dalam keadilan. Sebab dengan keadilan akan menghadirkan kekuatan yang luar biasa untuk melawan bentuk-bentuk ketidak benaran yang berlaku. Bukan hanya melawan tetapi mengalahkan musuh-musuh dan membuat mereka kalah tak berdaya (ungkapan menjilat debu) serta berlutut (takluk dan juga sebagai tanda hormat). Hal ini kemudian membuat mereka yang kalah mempersembahkan upeti kepada pemenang.
Sobat obor, sebagai orang muda kita diingatkan untuk melihat bahwa kitapun telah dimenangkan oleh kuasa Tuhan yang adalah Raja kita. Dia telah mengalahkan dosa-dosa kita. Dan oleh karenaNya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berterimakasih dalam setiap kehidupan yang kita jalani dengan mempersembahkan hidup kita yang terus berkenan kepada-Nya. Amin (ARMI)