Kasih Karunia | Lukas 1:29-30

Kasih karunia Allah terwujud lewat lahirnya Kristus ke dunia melalui seorang perempuan bernama Maria. Allah memilih Maria menjadi alat terlaksananya kehadiran Juru selamat. Tentu Maria terkejut atas perkataan malaikat yang menjumpainya. Tidak pernah terlintas dalam benaknya, ia beroleh kasih karunia dihadapan Allah. Baginya, ini suatu kepercayaan yang tiada terduga. Suatu tanggung jawab yang harus dijalankan. Sekalipun ia tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang teralami.

Namun, Maria punya keyakinan bahwa apa yang menimpa dirinya adalah baik. Karenanya Ia memuji Tuhan. Maria berkata: “jiwaku memuliakan Tuhan, karena Dialah Juruselamtaku”. Ungkapan Maria yang kelihatannya sederhana ini sesugguhnya memiliki makna yang teramat penting, yang paling hakiki mengenai peryaaan natal. Back to Basic. Mengandung pengertian bahwa kita diajak menangkap ‘api’ natal sejati, jangan cuma ‘abu’nya. Tujuan satu-satunya Yesus datang kedunia adalah untuk menjadi juruselamat. Karena itu bila jiwa kita memuliakan Tuhan, biarlah itu semata- mata karena Dialah Juruselamat kita.

Sobat obor, jika natal adalah sebuah pesta umat kristiani, bagian mana dari diri kita yang berpesta? Telinga kita berpesta mendengar lagu- lagu natal. Mulut kita berpesta dengan kue-kue natal, tetapi apakah jiwa kita juga berpesta? Atau ditengah kerihuan natal ini, jiwa kita merana, kering dan kosong? Karena harus memenuhi segala tuntutan hidup, beban pengeluaran yang justru menumpuk dihari natal? Kita diajak untuk back to basic. Jiwaku memuliakan Tuhan. Berbuat seperti Maria, seperti Yusuf, seperti orang-orang majus dan para gembala. Mereka berpesta dengan jiwa yang memuji, dengan hati yang luruh dan dengan lutut yang tertekuk bahkan menyembah. Maria memuji Tuhan karena beroleh kasih karunia. Natal mengingatkan kita supaya tidak terjebak pada kemuliaan yang keliru. Jika diri anda, dan bukan Tuhan yang anda muliakan dihari natal, itu sungguh keliru. Seorang Raja yang terhormat dan berpakaian indah dan mewah sekalipun, akan tersungkur di depan bayi dengan kain lampin yang tidak berharga. Mengapa ia tersungkur? Sebab ia melihat kemuliaan dibalik bungkusan lampin. Kemuliaan yang bernilai dari pada yang ia kenakan. Amin (MT)