Berkat Bagi Yang Mendengar Dan Melakukan Panggilan Tuhan | Kejadian 12:1-9 | Pdt. Belly F. Pangemanan, M.Th
Sobat obor, bagi beberapa orang memulai sesuatu begitu sulit? Sebuah artikel dari Forbes yang ditulis oleh Paul B. Brown, seorang entrepreneur, menyatakan salah satu alasan kenapa kita sulit memulai sesuatu, yaitu adanya rasa takut. Ketika kita memulai sesuatu, tandanya kita sedang melakukan perubahan atau transisi. Dari yang semula berada di zona nyaman, tiba-tiba dituntut untuk berada di zona baru dengan ketidakpastian. Rasa takut dan khawatir akan ketidakpastian ini membuat otak kita secara natural cenderung menghindar dan menunda selama mungkin untuk memulai. Berada di comfort zone bisa membuat kita terjebak dalam kenyamanan, sehingga kita akhirnya tidak berkembang. Cara untuk menghadapi rasa takut ini hanyalah satu: berani. Berani mengambil risiko, berani mengambil tantangan baru dalam hidup, berani menjemput pengalaman baru. Jadi setiap orang punya zona nyaman alias comfort zon-nya masing-masing. Sehingga ketika pertama kali pergi untuk tinggal di tempat lain, seringkali kita merasa kurang nyaman. Sama halnya ketika Tuhan meminta anak manusia untuk melayani-Nya, kadang-kadang ada perasaan tidak nyaman disana. Kenapa sih susah-susah, apa untungnya?, sedangkan pekerjaan saya saja banyak. Kenapa demikian? Karena banyak yang tidak mau keluar dari comfort zone-nya. Kenyamanan itu sering kali membuat kita itu terlena. Lupa kalau sesungguhnya Allah menciptakan kita untuk menjadi alat-Nya. Dalam pikiran kita hidup hanya urusan diri sendiri, ambisi kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Seharusnya hidup kita harus bercerita tentang kasih Allah, karena Dia yang menciptakan kita.
Sobat obor, diceritakan dalam Alkitab ada seseorang yang kemudian rela keluar dari zona nyamannya karena ia taat dan setia pada panggilan Tuhan. Ketaatan Abram pada panggilan Allah bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani. Kesulitan paling utama; selain harus meninggalkan kaum keluarganya dan juga daerah tempat tinggalnya yang tentu saja sudah pasti mapan di sana, yang dihadapi Abram adalah ia akan pergi ketempat yang ia sendiri tidak mengenalnya. Firman TUHAN kepada Abram (Abraham): “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. AKU akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau … dan engkau akan menjadi berkat … dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Karena iman dan ketaatannya, maka pergilah Abram sesuai Firman TUHAN (Kej. 12:1-4a). Perintah untuk pergi dari negerimu tidak hanya dipahami beralih lokasi, tapi juga bisa dimaknai pergi meninggalkan cara hidup yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. dari lingkungan penyembah berhala kepada ketaatan mengikuti suara Tuhan. Perintah ini menguji Abram, apakah ia memercayai Allah lebih dari yang dapat ia lihat, atau lebih mencintai tanah kelahirannya, teman- teman terkasihnya dan segala kenyamanannya. Ternyata Abram menuruti saja kehendak Allah. Di dalam bacaan kita hari pun nampak dengan jelas ketaatan dan kesetiaan Abram. Dimana ia tetap pergi memenuhi panggilan Allah walaupun penuh resiko (perjalanan beresiko dan ia sudah tua), dan tidak tahu kemana arah tujuannya. Ia tetap taat dengan tunduk pada Allah, setia pada-Nya mengikuti apa yang dirancangkan dan dikehendaki Allah di dalam hidupnya. Dan oleh karena ketaatan dan kesetiaanya ini pun sehingga ia dipanggil menjadi berkat dan Allah menjamin penyertaannya kepada Abram berupa berkat-berkat dari-Nya.
Sobat obor, dari kisah Abram kita belajar bahwa berkat itu selalu dalam kaitan pemanggilan Tuhan. Artinya untuk memenuhi panggilan Tuhan pada seseorang, Tuhan akan menyertainya untuk mencapainya dengan berkat yang Tuhan sediakan, sehingga berkat itu disediakan Tuhan agar dipakai bagi kemuliaanNya. Akan menjadi aneh jika pada akhirnya mereka yang diberkati lalu tidak menggunakannya untuk pekerjaan Tuhan, atau dengan kata lain menggunakannya untuk diri sendiri, jadi sombong dan pada hal-hal duniawi. Menatap tahun baru kita belajar dari Abram yang melangkahkan kakinya melangkah bersama Allah, sekalipun jalanya itu masih penuh misteri. Ia tidak ragu sebab ia memiliki keyakinan akan pemeliharaan Tuhan. Amin (BFP)