SEANDAINYA TIDAK! | Daniel 3:13-18
Keberanian untuk menghadapi resiko. Segala sesuatu ada resikonya, jika kita tidak berani mengambil resiko, maka tidak akan terjadi apa-apa dan kita juga tidak akan maju, nyaman saja dengan kondisi kita, tidak ada perubahan. Iman yang dikaruniakan Tuhan pada setiap kita adalah iman yang memampukan kita untuk tidak menjadi lemah ketika berhadapan dengan tantangan, malah sebaliknya makin diperkuat dan kemudian mendorong kita untuk menjadi berani. Karena dalam iman kita menyadari dan mengetahui betul, siapa Tuhan kita dan apa janji -Nya pada kita. Kalau kita tahu Ia adalah Tuhan yang begitu mengasihi kita dan berjanji untuk menyertai di tiap langkah kehidupan kita, apa yang dapat membuat kita lemah dan menjadi takut?
Sobat obor, pada umumnya manusia mencari kenyamanan dan menjauhi kesulitan. Manusia yang normal tidak akan mengharapkan– apalagi dengan sengaja menceburkan diri–untuk memasuki situasi yang berisiko. Namun dalam kisah ini, kita melihat ada pribadi-pribadi yang tidak mau nyaman dalam kesalahan. Mereka berani walau itu beresiko. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yakin betul bahwa Tuhan sanggup menolong mereka sebab Dia adalah Allah yang menghargai iman dan ketetapan hati orang yang menghormati Tuhan. Beriman bukan berarti kita menyangkal adanya tantangan, akan tetapi beriman adalah pada saat kita menyangkal bahwa masalah adalah titik akhir hidup kita. Iman mereka adalah iman yang berani. Mereka percaya Tuhan akan menolong dan seandainya Tuhan pun tak menolong mereka tidak akan menyembah patung itu. Ini suatu tindakan yang berani bukan nekat; “Bahkan jika Engkau tidak melakukannya, aku mencintaiMu. Bahkan jika Dia tidak melakukannya, aku bersyukur. Bahkan jika Dia tidak mengatakannya, aku benar-benar percaya.”
Sobat obor, maukah kau tetap percaya pada Tuhan, walau doamu, kemauanmu, rencanamu tidak terjadi atau dikabulkan Tuhan? Amin (BFP)