MENDENGAR FIRMAN AGAR HIDUP TAKUT AKAN TUHAN | ULANGAN 31 : 9 – 13 | Pdt Denny L Waljufry, S.Th
Sobat Obor, cara kita bisa mengenal Tuhan? Pemahaman orang percaya ketika mengenal Tuhan melalui penyataan-Nya. Penyataan secara umum melalui alam semesta, seperti kedahsyatan dan keagungan alam yang tidak bisa diciptakan oleh seorang manusia. Cara khusus Allah menyatakan diri-Nya adalah melalui Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia. Bagaimana cara kita mengenal Yesus Kristus yang telah naik ke Sorga itu? Dengan cara membaca Firman Tuhan yang adalah Yesus sendiri. Ketika kita membaca Firman Tuhan, di situlah kita bisa mengenal dan mengerti kehendak-Nya. Ketika kita mendengar Firman secara rutin, di situlah kita bisa hidup takut akan Tuhan.
Perikop Ulangan 31 : 9 – 13 adalah bagian dari pidato Musa yang mengakhiri kepemimpinannya. Musa menyerahkan Taurat kepada para imam Lewi dan para tua-tua Israel disertai perintah untuk membacakannya kepada umat setiap tujuh tahun dalam tahun pembebasan pada hari raya Pondok Daun. Teladan yang luar biasa yang diberikan Musa. Saat akhir hidupnya, walaupun ia sendiri tidak bisa memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan, tapi ia tidak maraju pada Tuhan. Ia menyelesaikan tugas pelayanannya sampai akhir hidupnya. Teladan yang pertama yang kita dapatkan adalah selesaikan tugas pelayananmu sampai akhir, baik atau pun buruk keadaanmu!
Maksud utama dari perikop ini, ketika hukum Taurat diperintahkan untuk dibacakan di hari raya Pondok Daun yaitu untuk mengingatkan bangsa Israel akan identitas mereka sebagai umat Allah yang hidup dalam perjanjian-Nya. Secara sastrawi, bagian ini termasuk dalam genre hukum dan liturgi di mana aspek pengajaran dan pengingatan komunitas menonjol. Komitmen Israel sebagai umat pilihan harus terus diperbarui. Dengan dibacakan dan diperdengarkan secara berkala tujuan sebagai umat piliha yaitu Takut Akan Tuhan terus terpelihara. Pembacaan Taurat secara berkala dimaksudkan untuk menjaga kesetiaan bangsa kepada Allah di tengah tantangan kehidupan di tanah Kanaan yang dijanjikan. Relevansi pesan ini bagi kita adalah “tanah yang dijanjikan” tidak selalu mendatangkan iman yang baik kepada kita. Tanah Kanaan yang berlimpah kekayaan itu di satu sisi menghadirkan kesejahteraan baru bagi bangsa Israel. Tapi di sini lain, menjadi ancaman terhadap iman dan rasa bergantung umat kepada Tuhan. Mereka di perhadapkan dengan bahaya kemakmuran yang membuat mereka melupakan Tuhan. Tak jauh beda juga dengan masa kita sekarang. Kesejahteraan secara materi sering membuat kita lupa sang Pemberi. Kita senang menikmati pemberian-Nya tapi lupa kepada Tuhan sebagai Pemberinya.
Orang Israel ditempa dan dididik tentang takut akan Tuhan dengan telaten. Dalam Ulangan 6, mengasihi Allah Israel harus diberitahukan dalam setiap segi dan waktu. Dalam perikop ini, tujuan pembacaan Taurat adalah agar umat belajar untuk takut akan Tuhan dan menaati perintah- Nya. Dalam kaitan dengan benang merah di penggenapan Perjanjian Baru, takut akan Tuhan diterjemahkan sebagai penghormatan yang penuh kasih kepada Allah yang telah mengasihi manusia melalui Kristus. Gereja dipanggil untuk hidup sesuai dengan hukum kasih, yaitu mengasihi Allah dan sesama (Matius 22:37-39). Hidup yang mencerminkan kasih Kristus menjadi kesaksian nyata bagi dunia.
Sobat Obor, perikop ini mengajarkan pentingnya komitmen kepada firman Tuhan sebagai landasan identitas umat Allah. Kalau sebuah umat pilihan Allah tak lagi mendengar suara Allah melalui Firman, maka identitas sebagai umat pilihan serta merta hilang pula. Dalam terang Perjanjian Baru, gereja sebagai tubuh Kristus dipanggil untuk hidup bukan berdasarkan hukum Taurat saja tetapi hukum Kasih. Hidup dalam kasih Kristus adalah panggilan untuk menjadi saksi Allah yang membawa terang dan pengharapan kepada dunia. Perintah pembacaan Taurat dalam konteks Israel dalam perikop ini menjadi model bagi gereja masa kini untuk terus memperbaharui iman dan ketaatan kepada firman Tuhan dalam kasih dan kebenaran. Amin. (DLW)