TUNAIKANLAH TUGAS PELAYANANMU DENGAN SABAR | 2 TIMOTIUS 4:1-8 | Pdt. Meifira Tanor, M.Th

Sobat Obor, satu hari seorang pelari muda sedang berlatih untuk lomba maraton. Ia penuh semangat di awal perlombaan, berlari  dengan  cepat  dan  percaya  diri.  Namun,  setelah beberapa kilometer, ia mulai kelelahan. Kakinya terasa berat, nafasnya tersengal, dan ia hampir menyerah. Tiba-tiba, ia melihat seorang pelari tua yang berlari dengan langkah kecil tapi stabil. Pelari muda itu bertanya, “Bagaimana Anda bisa terus berlari dengan tenang seperti itu?” Sang pelari tua menjawab, “Rahasia maraton bukan terletak pada seberapa cepat kamu memulai, tetapi seberapa tekun kamu bertahan hingga garis akhir.” Jawaban itu menyentuh hati si pelari muda, yang kemudian mengubah caranya berlari menjadi lebih sabar, lebih fokus, dan dengan pandangan tertuju pada tujuan akhirnya.

Tentu ilustrasi ini sangat mirip dengan perjalanan kehidupan kita. Hidup sebagai orang percaya bukanlah tentang soal lari cepat jarak pendek. Tetapi ini tentang sebuah maraton yang panjang dan menantang. Dalam 2 Timotius 4:1-8, Rasul Paulus berbicara kepada Timotius, seperti seorang pelari tua yang membimbing pelari muda. Paulus tahu bahwa “garis akhir”nya sudah dekat, dan ia ingin memastikan Timotius tetap berlari dengan setia, tidak mudah menyerah, dan terus melayani Tuhan dengan sabar. Paulus memulai dengan mengingatkan Timotius bahwa pelayanan adalah sebuah amanat ilahi. Ia berkata bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah saksi atas setiap langkah yang kita ambil. Hal ini mengingatkan kita bahwa pelayanan kita bukanlah untuk manusia, tetapi untuk Tuhan. Apa pun yang kita lakukan dalam pelayanan, besar atau kecil, di depan banyak orang atau dalam kesunyian, semuanya diperhatikan oleh Tuhan. Ketika kita menyadari hal ini, pelayanan tidak lagi terasa seperti beban, melainkan sebuah kehormatan.

Namun, Paulus juga tidak menutupi kenyataan bahwa pelayanan sering kali penuh dengan tantangan. Ia berkata kepada Timotius untuk “siap sedia, baik atau tidak baik waktunya.” Artinya, kita harus tetap melayani meskipun situasi tidak ideal atau ketika kita merasa tidak cukup kuat. Ada saatnya kita merasa lelah karena pelayanan tidak dihargai, atau karena orang- orang yang kita layani tidak merespons seperti yang kita harapkan. Tetapi, seperti pelari maraton, kita dipanggil untuk terus melangkah dengan sabar, percaya bahwa setiap usaha kita tidak akan sia-sia.

Kesabaran adalah kunci dalam pelayanan. Paulus menegaskan bahwa kita harus menyampaikan kebenaran dengan kasih dan kesabaran. Dunia ini sering kali tidak ingin mendengar kebenaran, bahkan akan menolak kita ketika kita berbicara sesuai firman Tuhan. Tetapi tugas kita bukanlah untuk membuat orang setuju dengan kita, melainkan untuk tetap setia menabur benih firman Tuhan. Hasilnya adalah pekerjaan Tuhan, bukan kita. Seperti kata bijak, “Kesabaran adalah bukti iman bahwa Tuhan sedang bekerja, bahkan ketika kita tidak melihatnya.”

Paulus kemudian berbicara tentang hidupnya sendiri. Ia menggambarkan dirinya seperti seorang pelari yang telah menyelesaikan perlombaan dengan baik. Ia telah bertanding dalam pertandingan iman, dan ia tahu bahwa mahkota kebenaran telah menantinya. Kisah Paulus ini mengingatkan kita bahwa pelayanan bukan hanya tentang bagaimana kita memulai, tetapi bagaimana kita menyelesaikan. Ada banyak orang yang memulai pelayanan dengan penuh semangat, tetapi menyerah di tengah jalan karena kecewa, lelah, atau tergoda oleh dunia.

Sobat obor, sebagai orang muda tentu tantangan pelayanan yang kita hadapi mungkin terasa berat. Dunia ini penuh dengan tekanan, godaan, dan kekecewaan. Ada saat di mana kita merasa tidak dihargai, diabaikan, atau bahkan ditolak. Namun, ketika kita merasa ingin menyerah, ingatlah janji Paulus: ada mahkota kebenaran yang menanti setiap orang yang setia. Mahkota itu tidak diberikan kepada mereka yang tercepat, tetapi kepada mereka yang bertahan hingga akhir. Ketika perjalanan terasa berat, pandanglah kepada Yesus, Sang pemberi kekuatan. Karena itu mari selesaikan perlombaan iman ini dengan baik. Tunaikanlah tugas pelayananmu dengan sabar, karena pada akhirnya, bukan pujian manusia yang kita cari, tetapi suara Tuhan yang berkata, “Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia.” Amin. (MT)