TAK LAYAK, TAPI DILAYAKKAN | ROMA 8 : 1-4
Sobat Obor, Beberapa tahun lalu, seorang anak kecil di sebuah kota mencuri sebungkus permen dari warung tetangga. Ibunya mengetahuinya dan langsung memarahinya. Anak itu menangis tersedu, bukan karena takut dihukum, tetapi karena ia merasa malu dan bersalah. Ia merasa kotor. Sejak hari itu, ia tidak pernah lagi berani melewati warung itu. “Sudah tak bisa dimaafkan,” pikirnya. Tapi suatu hari, sang pemilik warung, yang telah mendengar semuanya, mengulurkan permen kepadanya sambil berkata: “Ini gratis. Kau masih anak baik.”
Kisah itu kecil dan sederhana, tapi begitulah kita di hadapan Allah. Kita sering berpikir bahwa dosa-dosa kita terlalu berat untuk diampuni. Kita takut kepada Allah, tapi lebih dalam dari ketakutan itu, kita malu. Kita merasa kotor, tak layak, tak bisa kembali. Tapi dalam bagian perikop Roma 8:1-4, Paulus berkata: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Jadi, tidak ada penghukuman. Nol. Habis. Bukan karena kita tiba-tiba menjadi sempurna, tetapi karena Yesus sudah menanggung seluruh hukuman itu. Hukum Taurat bukanlah hal yang salah, tapi Hukum Taurat ibarat cermin yang menunjukkan wajah kita yang kotor tanpa bisa membersihkannya. Namun, berbahagiala kita, karena Kristus datang bukan hanya untuk menunjukkan, tapi untuk membersihkan. Apa yang tak bisa dilakukan hukum, telah dilakukan oleh kasih.
Sobat obor, seperti pemilik warung itu, Allah tidak menunggu kita jadi suci dulu baru diampuni. Dalam masa muda, kegagalan dan kesalahan dapat menghantui membuat banyak orang merasa tidak layak atau terus hidup dalam rasa bersalah. Namun firman Tuhan mengingatkan bahwa hidup yang dipimpin oleh Roh adalah hidup yang merdeka dari beban rasa bersalah, gagal, takut di tolak, dsb. Ingatlah bahwa Ia mengampuni supaya kita bisa mulai hidup yang baru, tanpa rasa bersalah yang memenjarakan, tanpa penghukuman yang terus membayangi kita. Amin (MT)