JADILAH UMAT YANG BIJAKSANA DAN BERAKAL BUDI DENGAN BERPEGANG PADA PERINTAH TUHAN | ULANGAN 4:1-14 | Pdt. Stefanus Mawitjere, M. Th
Sobat Obor, ada satu kalimat bijak dari reformator protestan yaitu John Calvin: ketaatan yang sejati dimulai ketika kita sungguh-sungguh membuka telinga untuk mendengarkan firman Tuhan dengan rendah hati dan penuh kesungguhan hati. Ini mau memberikan makna bahwa MENDENGAR adalah suatu hal yang sangat penting dalam relasi antara manusia dengan Allah.
Perikop ini adalah bagian dari nasihat yang disampaikan Allah lewat Musa kepada bangsa Israel dalam persiapan memasuki tanah Kanaan. Tuhan Allah sudah menunjukkan kuasa dan kasih-Nya membebaskan bangsa Israel yang mengalami perbudakan di tanah di Mesir selama 400 tahun (Kej 15:13). Sesudah itu mereka harus dihukum melewati perjalanan selama 40 tahun menuju Kanaan dengan tujuan supaya membuat mereka menjadi bangsa yang rendah hati (Ul 8:2). Perikop ini berbicara tentang nasihat bagi bangsa Israel khususnya para generasi baru yang akan memasuki tanah Kanaan, karena merekalah yang akan hidup di tanah perjanjian yaitu Yosua, Kaleb dan orang-orang yang berusia 20 tahun ke bawah (Bil 14:29-30). Secara garis besar, ada beberapa nasihat yang disampaikan oleh Musa :
- Perikop ini menjelaskan satu kata pembuka yang sangat penting di awal perikop yaitu “dengarlah” (Ibr : Shema / Shama. Band Ul 6:4) yang berarti lebih dari sekedar mendengar tapi juga menaati/mematuhi. Dengan demikian ini hendak memberi makna bahwa bangsa Israel harus mendengar dan menaati setiap ketetapan dan peraturan yang disampaikan. KETETAPAN (Ibr: Huqqim) berbicara soal aturan ibadah, makanan, aturan seremonial, dll. PERATURAN (Ibr: Mispatim) hukum- hukum yang bersifat relasi sosial dan moralitas seperti jangan mencuri, jangan membunuh.
- Jangan menambah dan mengurangi perintah ini menggambarkan soal kesempurnaan Tuhan Allah. Ini juga adalah prinsip penting dalam Sola Scriptura bahwa firman Tuhan itu sudah cukup dan memiliki otoritas. Saat kita menambah dan mengurangi bisa saja terjadi distorsi firman Tuhan.
- Tema penting dalam kitab Ulangan yaitu “Pilih hidup atau mati” (Ul 30:15-20). Ini adalah nasihat sekaligus pengajaran penting supaya mereka belajar dari pengalaman yang terjadi saat bangsa Israel menyembah Baal-Peor (dewa kesuburan Moab) maka Tuhan binasakan
24.000 orang (Bil 25:9).
- Saat bangsa Israel melakukan firman Tuhan dengan setia maka itu akan menjadi saksi kemuliaan Allah di mata bangsa-bangsa lainnya. Teolog Christopher Wright menjelaskan bahwa saat melakukan hukum Tuhan, itu bertujuan agar bangsa Israel menjadi MODEL TEOKRASI ILAHI yang memuliakan nama-Nya.
- JANGAN LUPA APA YANG TUHAN INGATKAN DAN JANGAN INGAT APA YANG
TUHAN LUPAKAN. Kalimat ini memotivasi supaya tidak melupakan setiap perintah Tuhan. Bahkan setiap perintah Tuhan harus kita beritahukan kepada anak, cucu, cicit, dst. Profesor sekaligus Teolog reformed asal Inggris Gordon Wenham : Perintah Tuhan adalah peringatan yang sangat penting yang dapat menjadi pendidikan iman lintas generasi.
- Musa menjelaskan tentang suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa Israel saat mendengar suara Tuhan di Horeb / Sinai, mereka menyaksikan manifestasi kemuliaan Tuhan. Pada ayat 12 menjelaskan bahwa Tuhan tidak menampakkan rupa, hanya ada suara, ini menjadi dasar larangan membuat patung yang menyerupai apapun (band. 4:16). Ini juga prinsip penting dalam gereja reformed yang menolak penyembahan berhala dalam bentuk patung, ikon, benda apapun itu. Dasar yang paling penting bagi mereka yaitu KESEPULUH FIRMAN.
Sobat obor, lewat renungan ini memberikan motivasi firman bagi kita semua. Pertama: Filosofi 3M. Mendengar, mengingat, dan melakukan (band. 4:1, 4:5, 4:6). Kedua : Memotivasi kita sebagai generasi muda untuk percaya kepada Tuhan sepenuhnya, jangan percaya dan mengandalkan berhala. Teolog Jerman Dietrich Bonhoeffer : apapun yang membuat posisi Allah tergantikan dalam hidup anda, itu termasuk berhala (Pacar, pekerjaan, jabatan, uang, game online, medsos, kesombongan). Ketiga: Firman Tuhan harus selalu menjadi harta paling utama dan paling berharga dari satu generasi ke generasi berikutnya. Marilah kita menjadi generasi muda yang mau mendengar, mengingat dan melakukan perintah firman Tuhan. Di akhir renungan ini ada kalimat bijak dari Martin Luther:
FIRMAN TUHAN BUKAN HANYA UNTUK DIBACA, TETAPI UNTUK DIDENGARKAN,
DISIMPAN DALAM HATI DAN DILAKUKAN SEPENUH HATI. AMIN (SM)