TERIMALAH SATU AKAN YANG LAIN UNTUK KEMULIAAN ALLAH | ROMA 15:1-13 | Pdt. Stephanie Sandala, S.Th

Sobat Obor, hari ini kita bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup yang Tuhan beri. Karena kita harus ingat bahwa sesungguhnya hidup yang kita alami bukan suatu kebetulan, melainkan suatu anugerah yang dari Dia sang juru selamat Yesus Kristus Tuhan kita untuk dijalani dan maknai. Makna dari kehidupan buka terletak pada seberapa bernilai diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya bagi orang lain. Karena kita tidak hidup sendiri di dunia ini melainkan dengan orang lain. Sebab itu kita disebut makhluk sosial yang kesemuanya menginginkan hidup dalam kedamaian, kebahagiaan serta berada dalam kehidupan yang rukun. Orang yang hidup dalam kerukunan pasti memiliki nilai-nilai kebaikan yang membawa suasana orang lain menjadi tenang dan senang. Dengan demikian “TERIMALAH SATU AKAN YANG LAIN UNTUK KEMULIAAN ALLAH” menjadi tema perenungan kita akan mendorong suatu semangat untuk hidup bersama dengan memiliki prinsip bahwa hidup adalah proses timbal balik, dimana saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima.

Perikop bacaan kita tadi dalam Roma 15:1-13 banyak memberi pelajaran berharga bagi kita seperti pada ayat 1-2 yang mengatakan bahwa kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan mencari kesenangan sendiri dan harus mencari kesenangan sesama. Menurut Paulus ini adalah kewajiban. Hidup dan mati orang percaya berada di tangan Tuhan sehingga jemaat tidak boleh hidup untuk dirinya sendiri dan berkewajiban menanggung setiap kelemahan dan beban orang lain. Jadi orang kuat disamping menanggung bebannya sendiri juga beban orang lain. Sebagai pekerjaan mulia yang memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2) Rasul Paulus mengingatkan bahwa kekuatan yang dimiliki bukan suatu kesombongan dan menganggap rendah yang lain atau alat untuk menindas yang lemah melainkan sebagai cara untuk menolong mereka yang tidak berdaya, saling memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan demi kebaikan dan terbentuknya karakter yang baik pada orang yang beriman. Pada ayat 3-6 Kristus memberikan keteladanan yang jelas dimana Ia tidak mencari kesenangnnya sendiri. Serta Alkitab telah mengajarkan kepada kita bahwa supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan serta Allah mengaruniakan kerukunan sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Kerukunan bukanlah sesuatu yang mudah didapati tetapi harus melewati banyak proses sampai pada sikap yang berani mengambil keputusan demi kepentingan banyak orang. Sebab komunitas apapun tanpa spritualitas kerukunan, maka kita tidak pernah mencapai tujuan hidup tenang dan damai. Karena itu pada ayat 7 mengatakan: sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. Hal yang paling mendasar yang disampaikan Rasul Paulus adalah melihat pada Kristus, seperti ayat 8-12 Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita, dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: “Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu.” Dan selanjutnya: “Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya.” Dan lagi: “Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia.” Dan selanjutnya kata Yesaya: “Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa- bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan.” Dan pada ayat 13 diakhiri dengan pengharapan dan berkat: Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.

Sobat obor, bacaan kita ini menyadarkan kita bahwa kewajiban kita yang kuat adalah mampu menolong mereka yang lemah. Lemah tidak hanya dibatasi karena kekurangan materi saja melainkan soal spritualitas kerohanian atau iman. Kehadiran kita sebagai Gereja yang hidup adalah membawa pengaruh yang besar terutama hidup dalam kebersamaan, hidup dalam kerukunan seperti dikatakan dalam mazmur 133: Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Begitu juga dalam Matius 22:39b Yesus sendiri mengatakan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kebaikan hati untuk menolong sesama adalah bagian terpenting dalam kehidupan orang beriman. Hal ini menyadarkan kita untuk hidup bersama supaya sama-sama kita hidup. Karena kita tahu bersama dalam hidup ini ada banyak orang seperti emas, begitu berharga, menyilaukan, tetapi tidak bermanfaat bagi sesama. Mereka sukses dalam karir, punya kedudukan yang terhormat, banyak harta kekayaan, rupawan dalam paras, tapi sukar sekali untuk peduli terhadap sesama apalagi bersedia memberi bantuan. Apa gunanyaa kesuksesan bila tidak membawa manfaat bagi orang lain. Ingat jika keberadaan kita dapat menjadi berkat bagi banyak orang, barulah diri kita ini benar-benar bernilai dan tidak menjadi sia-sia hidup yang Tuhan Anugerahkan. Amin (SIS)