BERSORAKLAH, BERSYUKURLAH DAN BERNYANYILAH ATAS KASIH SETIA TUHAN | Mazmur 33:1-22

Sobat Obor, Siapa sih yang tidak senang bila mendengar kata- kata pujian? Dipuji dan dikagumi oleh orang lain tentunya memberikan perasaan senang dan bangga. Namun, hati-hati bila kamu sering mengharapkan pujian dari orang lain. Hal itu bisa menjadi gejala narsistik. Mereka mengharapkan pujian ke mana pun mereka pergi. Pujian yang hanya dilontarkan sesekali tidak lah cukup buat mereka. Orang dengan gangguan narsistik mengharapkan pujian terus-menerus dari orang lain bahkan ketika tidak ada hal dari diri mereka yang bisa dipuji. Tetapi, bagaimana kalau Tuhan yang minta pujian dari setiap umat-Nya? Apakah lantas kita berkata Tuhan narsis?

Kaum agnotisisme dan atheisme beranggapan Tuhan adalah oknum paling narsis yang pernah ada. Bagi mereka, Alkitab yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi, terjadi sesuai dengan kehendak- Nya dan untuk tujuan memuliakan diri-Nya sendiri. Tuhan yang menuntut penyembahan menunjukkan pribadiNya yang hanya memuaskan ego- Nya. Perintah firman untuk memuji Tuhan, melahirkan tuduhan bahwa Allah orang Kristen adalah Allah yang narsis karena selalu ingin disembah. Lalu apakah benar Allah kita adalah Allah yang narsis? Marilah kita perhatikan. Ternyata dunia ini penuh dengan pujian. Pemuda yang baru pacaran tidak henti-hentinya memuji kecantikan pacarnya. Seorang ibu pun memuji- muji anaknya yang juara di kelas. Seorang suami memuji-muji istrinya yang membuat masakan yang enak. Kalau masakan dirumah yang enak saja membuat kita memujinya setinggi langit, maka ‘Tuhan mungkin sedikit akan terheran.’ Sebab kepada yang lain yang olehnya kita merasa senang, kita akan puji apalagi kepada Tuhan yang telah memberikan pemberian yang terbaik. Kesukacitaan kita tidak bisa dipisahkan dari pujian yang kita keluarkan. Tuhan sama sekali tidak membutuhkan apa pun dari kita, tetapi kita membutuhkan-Nya untuk menemukan kebahagiaan kita yang total dan kekal. Memuji Tuhan akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Memuji Tuhan akan membuka pikiran kita secara rohani. Memindahkan fokus kita dari masalah-masalah kecil kita sendiri, mengarahkan kita kepada Sang Pencipta yang Tak Terbatas dan Ciptaan serta Penebusan-Nya yang luar biasa.

Kalau Allah tidak butuh disembah, mengapa kita harus memujiNya? Memang benar bahwa Allah itu tidak butuh disembah. Tanpa kita sembah, Allah tetap ada, tetap berkuasa, dan tidak berkurang sedikit pun kuasa-Nya. Kalau kita memuji, menyembah-Nya pun. Allah tidak bertambah suatu apapun. Dia tetap Maha Besar dan Maha Kuasa. Walaupun Allah tak butuh kita, tapi itu bukan menjadi kebanggaan. Malahan kita manusia harusnya sadar bahwa justru kita yang butuh Allah. Kebutuhan kita kepada Allah itu implementasinya adalah dengan kita memuji dan memuliakan namanNya. Perhatikan sabda Tuhan saat ini, bahwa pujian itu lahir dari orang benar dan jujur (ayt 1) Ini mengandung arti bahwa pujian akan ada dihati orang yang tahu kebenaran dan jujur pada dirinya sendiri bahwa Ia hidup hanya kemurahan Tuhan. Dalam Mazmur 33, jelas bahwa hati pemazmur bersukacita. Pemazmur mengajak setiap pembaca untuk memuji Allah karena kemahakuasaan, kebaikan, perlindungan-Nya. Tuhan yang Mahabesar adalah Tuhan yang patut untuk kita sembah dan dipuji. Pemazmur bersukacita karena Tuhan. Pemazmur menguraikan alasan mengapa ia begitu bersukacita karena Tuhan, yaitu karena Tuhan menciptakan bumi yang ia tinggali dengan kuasa dan kasih yang hangat. Dengan firman-Nya, Tuhan membuat bumi menjadi tempat yang dapat ditinggali manusia, maka patutlah kita takut-kagum, hormat, dan mengasihi-Tuhan (33:4-9). Kita mungkin tidak menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal kita adalah karya Tuhan melalui tangan manusia. Selain itu, dalam hubungan dengan rencana-Nya terhadap umat manusia, Tuhan berdaulat penuh. Manusia mungkin saja mengatakan bahwa ia punya sumber daya yang cukup untuk memastikan rencananya berjalan (33:16-17) meskipun hal itu melawan dan menentang Tuhan. Akan tetapi, Tuhan memastikan bahwa rencana-Nya-lah yang akan terlaksana (33:10-11). Kita semua tentu berharap kepada kasih setia Tuhan. Berbahagialah orang yang meletakkan kepercayaan dan pengharapannya itu di dalam Tuhan karena orang-orang yang demikian, tidak akan dikecewakan oleh Tuhan. Amin (BFP)