TOPIK SOBAT OBOR
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
17 Agustus tahun 1945 silam, negara Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Proklamasi dikumandangkan Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno bersama Wakil Presiden Mohammad Hatta. Kini telah 79 tahun sejak kemerdekaan Indonesia.
Kemerdekaan diraih dengan susah payah. Ada perjuangan didalamnya. Dengan darah dan keringat, disokong semangat tak kenal lelah. Penuh perjuangan tanpa kenal rasa takut dan gentar. Maka hal ini tentu haruslah dimaknai secara mendalam oleh para Pemuda GMIM. Karena apa yang kita rasakan saat ini, kemerdekaan bernegara, bahkan kemerdekaan memeluk agama, pun kemerdekaan beribadah kepada Tuhan, merupakan buah dari perjuangan para pendahulu.
Bahkan di bumi nyiur melambai. Banyak anak muda berdarah Minahasa kala itu, yang turun gelanggang, untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Bersama para pejuang dari Sabang sampai Merauke, menyatukan hati, demi melihat merah putih berkibar kokoh di wilayah kedaulatannya. Halnya yang patut jadi suri teladan adalah Mr Maramis. Yang diketahui memiliki nama lengkap Alexander Andries Maramis, lahir di Manado, 20 Juni 1897.
Dirinya merupakan salah satu tokoh sentral dalam sejarah kemerdekaan Indonesia kala itu. Pasalnya pada awal persiapan kemerdekaan Indonesia, dia diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), yang dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Pun jadi bagian penting dalam sejarah merumuskan dasar negara, yakni ideolegis prinsip Pancasila. Tak hanya itu, Mr Maramis juga merupakan anggota Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Bahkan dirinya juga dipercaya menjadi Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Pertama.
Maka di era saat ini, pemuda GMIM pun harus menghargai hasil karya pendahulu, dengan merepresentasikannya menjadi sesuatu yang relevan saat ini. Tentunya tetap bersyukur karena sudah menikmati berkat Tuhan lewat kemerdekaan Indonesia. Pun mengucapkan syukur karena pemuda GMIM boleh mengekspresikan ungkapan sukacita dengan beribadah. Pun meluapkan lewat berbagai kegiatan yang berlandaskan akan cinta kasih Tuhan, untuk disebarkan melalui talenta. Baik Festival Seni Pemuda Gereja (FSPG), Perkemahan Karya Pemuda Gereja (PKPG), Pekan Olahraga Pemuda Gereja (POPG), Selebrasi Paskah dan berbagai kegiatan lainnya, yang hanya berbatas oleh kreativitas sendiri.
Halnya dalam Galatia 5 ayat 1, kemerdekaan itu datang dari Yesus Kristus. Kita percaya bahwa pemuda GMIM kini ditantang untuk jadi garda terdepan dalam mengabarkan firman Tuhan, ditengah tantangan dunia. Pun mampu menjadi pelopor pembangunan di daerah bahkan bangsa Indonesia. Tentunya dengan landasan firman Tuhan sebagai pedoman hidup. Paling utama apakah sudah mampu merepresentasikan nilai sebagai seorang pemuda di mata Tuhan. Apa sudah betul-betul sudah memberikan damai sejahtera, memberikan inspirasi untuk cinta kasih, memberikan inspirasi untuk sesama serta kepada keluarga. Juga memberikan inspirasi untuk selalu bekerja dan berdoa. Terlebih memberi inspirasi kepada sesama anak muda untuk bertransformasi. Yang diharapkan adalah dapat memahami, mengimani dengan baik, terutama tetap mengandalkan Tuhan.
Bahkan syukur kita ada di tanah Minahasa, dibesarkan dari keluarga Kristen, masih jadi ungkapan sukacita yang patut terus disyukuri. Seperti fakta yang disampaikan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey. Yang menurutnya dalam catatan sejarah, pada 14 Februari tahun 1949, pemberontakan perebutan Tangsi KNIL di Teling. Yang dalam perjalanannya, karena pengaruh sejarah itu, maka di sidang meja bundar di Den Haag, tanggal 25 Agustus 1949, PBB dan peserta sidang meja bundar, mengakui bahwa pemberontakan bukan cuma di Jawa, termasuk di provinsi ke 12 Nederland yakin tanah Minahasa. Maka tahun 1950 itulah, Belanda langsung meninggalkan dan menyerahkan sepenuhnya kedaulatan kepada NKRI. “Jadi Manado banyak sejarahnya. Itu harus ingat sejarah itu. Karena orang Manado banyak berperan didalam kemerdekaan RI. Jadi kita semua harus jaga NKRI dari ujung utara pulau Sulawesi ini,” tegas Gubernur Olly.
Mengutip juga dari pesan bung Karno ‘Berikan aku 10 Pemuda, maka akan ku guncang dunia’. Ini tentunya memberikan makna mendalam, terlebih para obor pembangunan GMIM. Pasalnya masih banyak lagi para pemuda asal Sulut, yang dulu terjun langsung ke medan perang, bahkan menjadi tokoh stategis kemerdekaan, untuk membebaskan bangsa Indonesia dari tirani penjajahan. Yang juga boleh menjadi motivasi para pemuda gereja. Halnya Mendur bersaudara, yang tanpa keberaniannya, kita tidak akan pernah bisa melihat langsung, bagaimana bung Karno kala membacakan teks Proklamasi pada 17 Agustus 1945. Berani membahayakan nyawa untuk mendokumentasikan peristiwa bersejarah itu, demi jadi suatu karya yang dapat membangkitkan serta terus memupuk, semangat kebangsaan oleh generasi selanjutnya. Yang juga dikisahkan sebagai seorang fotografer waktu itu, yang mengabadikan detik-detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Yakni Frans Mendur bersama saudaranya kandungnya Alex Mendur. Pun keduanya juga merupakan pendiri Kantor berita foto pertama di Indonesia. Yang mengambil jalan berbeda saat menuju tempat pembacaan teks Proklamasi, dengan bayang-bayang teror dari tentara Jepang. Menjadi tokoh luar biasa dalam perjalanan sejarah awal kemerdekaan Indonesia.
Pun ‘Kemerdekaan datangnya dari Allah, karena di mana pun Roh berada, di situ ada kemerdekaan’ (2 Kor. 3:17). Sekali lagi menegaskan kepada kita Pemuda GMIM, bahwa kemerdekaan itu mutlak datang karena anugerah Allah dalam kehidupan manusia. Serta juga mau mengingat, kehadiran roh Allah akan memerdekakan kita dari suatu belenggu dan kuasa maut serta dosa. Pasalnya roh Allah berperan membebaskan kita dari jerat dan kuasa dosa, agar kita bisa merdeka, yang jadi pengharapan bagi semua orang. Karena kemerdekaan adalah hak bagi setiap orang.
Serta pemuda GMIM yang merupakan satu kesatuan dengan masyarakat, harus turut juga dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Terutama mengkonsolidasikan diri, semangat persatuan, semangat kebangsaan juga semangat nasionalisme. Secara khusus di Sulut, semua insan harus mempertebal persatuan dan kesatuan. Guna menangkal semua ancaman bahaya, yang datang dari luar maupun dari dalam, yang didalamnya ada upaya meningkatkan kesejahteraan. Juga mengurangi kemiskinan dan menghilangkan pengangguran, dengan semangat gotong royong, untuk menjaga stabilitas di masyarakat.
Maka pemuda GMIM yang kini sebagai agen penerus masa depan gereja bahkan bangsa, harus menyingsingkan lengan sembari menguatkan bahu, untuk menjadikan gereja makin memancarkan cinta kasih Tuhan, serta bangsa dan negara terus maju kedepannya. Menjadi Mr Maramis dan Mendur bersaudara masa kini, yang tentunya selalu berjuang tanpa rasa takut, namun tetap memegang teguh firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, serta mengandalkan Tuhan Yesus Kristus di setiap kaki melangkah. Tuhan Memberkati. Obor Pembangunan, Pemuda GMIM!