IMAN MAKIN BERTAMBAH DAN KASIH TERHADAP ORANG LAIN MAKIN KUAT | 2 TESALONIKA 1 : 3 – 12 | Pdt Denny L Waljufry, S.Th
Sobat Obor, bagaimana iman kita ketika berada dalam penderitaan? Apakah kita masih bisa tetap setia kepada Tuhan atau iman kita runtuh dan menyerah? Jemaat di Tesalonika dalam Surat 2 Tesalonika ini menjadi teladan tentang kesetiaan dan ketabahan. Meski berada dalam kesulitan dan penderitaan, tapi mereka malah menunjukkan sikap yang sebaliknya yaitu tetap tabah dan setia, dan dengan demikian mereka tidak hanya menjadi berkat bagi mereka sendiri, tapi keteladanan ini menjadi berkat dan role model bagi jemaat lain dan menjadi bahan pemberitaan bagi umat lain. Apa yang Paulus syukuri kepada Tuhan tentang jemaat Tesalonika, yaitu bertambahnya iman, kasih dan kesabaran mereka, juga mengucap syukur atas bertambahnya kasih karunia itu, sehingga mereka bukan saja menjadi orang–orang Kristen yang sejati melainkan juga orang Kristen yang bertumbuh. Jalan hidup orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Di mana ada pertambahan kasih karunia, di situ Allah mengaruniakan cinta kasih kepada sesama.
Seorang pelayan dan pemimpin dalam gereja termasuk di kategorial pemuda harus bisa meneladani cara Paulus dan rekan sepelayanan memandang umat. Paulus menggunakan beberapa kata seperti “wajib”, “selalu”, “mengucap syukur”. Kata wajib menunjuk pada sebuah keharusan, kata selalu menunjuk pada intensitas waktu yang konsisten. Mengucap syukur menunjuk pada perasaan, perilaku. Kata-kata ini ditujukan kepada jemaat di Tesalonika untuk menunjukkan penghargaan kepada mereka. Penghargaan pertama yaitu atas makin bertambahnya iman mereka. Paulus memberitakan Injil di Tesalonika dan terburu-buru meninggalkan mereka sesudah beberapa orang bertobat dan didirikanlah jemaat Tesalonika. Suasana keberangkatan mereka yang demikian menandakan bahwa orang-orang yang baru bertobat itu pasti akan menghadapi penganiayaan. Padahal untuk menghadapi itu mereka belum siap. Tetapi ternyata Paulus mendengar berita baik dari jemaat Tesalonika, bahwa mereka memiliki keteguhan hati dan iman mereka malah makin bertambah dan tentu saja bertumbuh. Iman yang bertumbuh ini ditandai dengan kasih seorang akan yang lain yang semakin kuat di antara mereka. Mengucap syukur kepada Allah atas kebaikan jemaat, juga berarti memberikan pujian kepada jemaat yang berhasil itu. Seorang pemimpin sekaligus pelayan harus mengeparesiasi umat untuk setiap perubahan yang baik dalam kehidupan bergereja. Dengan sportif seorang pelayan Tuhan mengucap syukur kepada Tuhan dan menyatakannya kepada jemaat ketika terjadi pertumbuhan positif terhadap jemaat.
Janji tentang kesetiaan terhadap umat yang setia adalah menjadi warga Kerajaan Allah. Paulus tidak mengatakan bahwa orang Kristen selalu harus menderita untuk menjadi warga Kerajaan Allah, tapi bahwa mereka yang mengikut Kristus akan menghadapi penderitaan dan perlawanan, demikianlah memang jalan yang ditempuh Kristus untuk menyelamatkan manusia. Paulus mengingatkan kepada mereka bahwa apa yang mereka alami merupakan bukti keadilan Allah, hal itu merupakan cara Allah untuk menyempurnakan iman mereka. Maka orang percaya ketika berhadapan dengan penderitaan tidak boleh cepat-cepat menganggapnya sebagai suatu aib atau kesialan. Tapi mari membayangkan bahwa Allah sementara menempa kita seperti orang Kristen di Tesalonika. Ketika kita setia dan bertahan, kita bisa menjadi berkat teladan bagi orang lain. Kristus tetap berkuasa dari sorga dan akan menghakimi para penindas dengan adil dan kedatangan Kristus yang kedua merupakan sebuah kepastian yang membawa kebenaran secara adil.
Sobat obor, realita menjadi pemuda Kristen yang setia di zaman sekarang ini memang semakin sulit. Penganiayaan dan penderitaan dalam berbagai bentuk modern terus menyerang. Setialah! Pertahankan imanmu dan tunjukkan buktimu dengan mengasihi sesama yang semakin bertambah dan kuat. Janji Tuhan tentang anggota Kerajaan Allah yang kekal menanti setiap orang percaya. Keadilan Allah akan dinyatakan kepada orang-orang yang tak percaya kepada Kristus. Pada akhirnya itu bukan urusan kita, tetapi biarlah Allah yang berkehendak. Amin (DLW)

