JANGAN MEMBELOKKAN HUKUM TETAPI HORMATI DAN HARGAI HAK-HAK MANUSIA | KELUARAN 23 : 1 – 13 | Pdt Denny L Waljufry, S.Th

Sobat Obor, ada sebuah ilustrasi tentang Regina, seorang mahasiswi hukum Kristen, dikenal tenang dan tidak suka cari masalah. Suatu hari, temannya, Fian, dituduh melakukan plagiarisme dan hampir dikeluarkan. Banyak teman sekelas mendukung tuduhan itu karena Fian memang tidak disukai. Grup kelas bahkan mulai menyusun petisi agar dosen tidak memberi toleransi. Tapi Regina tahu fakta sebenarnya; Fian memang tidak menciplak. Ia hanya kebetulan punya topik skripsi yang mirip dengan milik mahasiswa angkatan lama. Saat Regina memutuskan bersaksi untuk membela Fian, teman-temannya marah. Mereka menganggap Regina mengkhianati solidaritas. Tapi Regina tetap pada pendiriannya. “Kebenaran tidak ditentukan oleh siapa yang paling disukai, tapi oleh siapa yang berdiri di pihak Tuhan,” katanya. Akhirnya, dosen memeriksa ulang dan memutuskan Fian tidak bersalah. Beberapa waktu kemudian, teman-teman yang dulu menjauh mulai menghormati Regina. Mereka melihat bahwa berani adil di tengah tekanan adalah sikap yang langka dan mulia. Adakah teruna gereja yang masih punya integritas seperti ini? Ataukah kita lebih takut dengan tekanan massa untuk menyatakan kebenaran dan rela membelokkan apa yang seharusnya kita katakan?

Di dunia yang serba cepat dan dipenuhi opini, nilai keadilan bisa menjadi sangat fleksibel tergantung kepentingan. Banyak orang rela membelokkan kebenaran demi kenyamanan pribadi, popularitas, atau rasa kasihan yang tidak sehat. Namun, dalam Keluaran 23:1–13, Tuhan memberikan pedoman jelas bagi umat-Nya, termasuk generasi muda hari ini: jangan memutarbalikkan hukum dan hormatilah hak setiap manusia termasuk yang paling kecil dan paling tidak disukai sekalipun. Ayat-ayat ini mencakup dua sisi penting dari keadilan: menjaga integritas dalam berkata benar dan aktif memperjuangkan yang benar. Misalnya, ayat 1–3 melarang ikut menyebarkan kabar bohong dan mengikuti mayoritas dalam kesalahan. Ini mengingatkan kita bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh banyaknya suara, melainkan oleh hati yang takut akan Tuhan. Pemuda Kristen masa kini dihadapkan pada dilema serupa, terutama di media sosial: ketika kita diminta menyebarkan opini atau membela seseorang hanya karena tekanan pertemanan, meski dalam hati kita tahu itu salah. Memang terkadang agak sulit berhadapan dengan situasi seperti ini. Tapi Tuhan memanggil kita untuk berdiri tegak di atas prinsip, bahkan jika itu berarti sendirian. Bahkan di ayat 3 sekalipun orang itu miskin (yang membuat kita merasa harus berpihak) tapi kalau ia bersalah maka ia tidak layak untuk dibela. Lebih jauh lagi, ayat 4–9 menekankan bahwa keadilan bukan hanya soal tidak berbuat salah, tapi juga soal berbuat benar, menolong musuh, tidak menerima suap, membela orang asing, dan tidak menindas yang lemah. Pemuda sering diajar untuk bersikap netral, tapi itu tidak cukup. Tuhan memanggil kita untuk terlibat secara aktif dalam keadilan sosial. Jika kita melihat orang diperlakukan tidak adil, dipinggirkan karena status, ekonomi, atau latar belakang, kita harus menjadi suara bagi mereka. Menghargai hak manusia berarti mengakui bahwa setiap orang; baik sahabat, musuh, miskin, maupun asing diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Dan karena itu, mereka layak dihormati dan dibela.

Sobat Obor, Tuhan memanggil pemuda Kristen untuk jadi pembela kebenaran, bukan pengikut arus. Jangan membelokkan hukum; baik karena takut, kasihan, atau tekanan. Tapi juga jangan diam. Ada sebuah trend pemahaman yang berkata: “torang kwa nda usah iko campur urusan orang lain!” Pada bagian tertentu mungkin pernyataan ini benar, tapi dalam hal menjadi saksi dimana kebenaran harus ditegakkan, sebagai pemuda Kristen yang berintegritas dalam iman dan tindakan, kita tidak boleh diam! Hormatilah hak sesamamu. Bela yang tertindas. Tolong yang jatuh. Tegakkan keadilan walau kamu sendiri harus berhadapan dengan tekanan. Karena ketika kamu hidup dalam keadilan dan kasih, kamu sedang memantulkan karakter Allah sendiri kepada dunia ini. Terpujilah nama Tuhan. Amin (DLW)