KASIHI DIA, MESKI MUSUHMU SEKALIPUN | KELUARAN 23 : 4-5
Sobat Obor, perhatikan baik-baik ayat ini: “Apabila engkau melihat keledai musuhmu jatuh karena berat bebannya, janganlah engkau membiarkannya, tetapi engkau harus menolong melepaskannya.” Di tengah budaya blokir, unfriend, dan ujaran kebencian di media sosial, ayat ini terasa aneh. Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menolong bahkan musuh mereka. Secara logika terkadang kita mempertanyakan siapakah yang sanggup melakukan hal seperti ini? Tetapi sebagai orang yang percaya kepada Kristus yang mengalami anugerah keselamatan meskipun kita tidak layak, maka perintah ini adalah sebuah bukti bahwa kita percaya diselamatkan karena kasih karunia. Tidak cukup dengan bersikap netral atau cuek, kita justru diperintahkan untuk peduli, bertindak, dan menolong. Bayangkan kamu melihat seseorang yang pernah menyakitimu entah membully kamu di sekolah, menyebar gosip, atau menjatuhkan kamu eh, sekarang ada dalam dalam kesulitan dan penderitaan. Reaksi alami kita adalah menghindar atau berkata, “ngana rasa itu!” Tapi Tuhan mengajarkan kita untuk berkata: jangan biarkan beban itu menindih mereka. Bantulah!
Inilah standar kasih yang berbeda dari dunia. Ini bukan kelemahan, tapi kekuatan kasih Kristus yang bekerja dalam kita. Yesus sendiri mengasihi musuh-Nya, bahkan saat disalib, Ia berkata, “Ampunilah mereka.” Maka sebagai pemuda gereja, kita dipanggil menunjukkan kasih dalam tindakan nyata, bukan hanya perkataan rohani. Menolong orang yang menyakiti kita adalah bentuk kedewasaan rohani yang sejati. Ini menunjukkan bahwa kita tidak dikuasai oleh dendam, tapi oleh kasih Kristus. Dan sering kali, tindakan semacam ini menjadi kesaksian paling kuat di mata dunia. Pemuda GMIM yang dewasa adalah mereka yang mampu menolong bahkan ketika hati berkata tidak. Karena ketika kita melangkah dalam kasih, kita sedang menapaki jejak Sang Juruselamat. Mari tunjukkan bahwa kita adalah pengikut Kristus dan buktinya adalah kita mengasihi meski musuh sekalipun. Amin (DLW).