ORANG BENAR AKAN MASUK KE DALAM HIDUP YANG KEKAL | MATIUS 25 : 31 – 46 | Pdt. Stevanus Mawitjere, M.Th

Sobat Obor, ada satu lagu yang berjudul Ride the Chariot yang diaransemen oleh seorang Musisi terkenal di dunia asal Amerika yaitu William Henry Smith. Ini adalah lagu yang sangat populer di paduan suara. Sebagian liriknya i’m getting ready for the judgment day my Lord. Lagu ini memiliki makna soal orang percaya yang memiliki kesiapan bahkan keberanian untuk menghadapi Hari Penghakiman. Memberi makna bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya dan hidup berkenan di hadapan Tuhan tidak akan takut menghadapi hari Penghakiman.

Sobat obor, Matius 25:31-46 adalah pengajaran Yesus tentang penghakiman terakhir. Ini adalah bagian penutup dari uraian Yesus mengenai tema KHOTBAH AKHIR ZAMAN (Matius 24–25). Yang kita baca hari ini merupakam sebuah gambaran eskatologis tentang bagaimana Kristus Sang Raja di atas segala raja akan menghakimi semua bangsa. Ayat 31-33 Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang datang dengan segala kemuliaan-Nya (band. Daniel 7:13-14). Ia datang bukan lagi sebagai hamba yang menderita, tetapi sebagai Raja dan Hakim. Takhta kemuliaan- Nya (θρόνου δόξης ατοῦ thronou doxes autou) menunjuk kepada kedaulatan penuh Kristus atas seluruh bumi, sehingga dunia mengakui dan tunduk kepada-Nya saat hari penghakiman. Hal pertama yang penting untuk kita pelajari dari perikop ini yaitu saat Yesus menjadi Hakim dan Raja pada hari penghakiman, hendak menunjukkan bahwa Dia adalah Allah itu sendiri. Pada saat hari penghakiman, Tuhan Yesus menempatkan domba- domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Ahli biblika PB Craig Kenner menjelaskan dalam budaya saat itu, kanan melambangkan kehormatan, dan kiri melambangkan penolakan. Sang Raja berkata kepada para domba bahwa merekalah yang menerima Kerajaan yang telah disediakan sebelum dunia dijadikan. Dari bagian ini kita dapat belajar bahwa penerimaan Kerajaan tersebut murni adalah anugerah Allah (Solagratia) bukan hasil usaha manusia (Salvation by works) tapi juga memberi makna soal doktrin predestinasi / double predestination (Ef 1:4-5,

 

Rom 8:29-30, Rom 9:11-13, Mat 25:41). Allah dalam kedaulatan dan kasih-Nya, telah menetapkan sejak kekekalan siapa yang akan diselamatkan (election) dan siapa yang akan binasa (reprobation). Ini dipertegas dengan dua kalimat berbeda yang diucapkan Yesus yaitu untuk domba Mari hai kamu yang diberkati (ayat 34) dan untuk kambing enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal (ayat 41). Terkutuk (Yun: κατηραμένοι kateramenoi) bermakna status permanen sebagai terkutuk/penghukuman final. Inilah makna penting yang hendak dijelaskan lewat metafora domba dan kambing.

Sobat obor, dalam perikop ini bukan hanya mempertegas bahwa ada orang-orang yang disebut dengan metafora domba dan kambing, tapi juga memperjelas tentang bagaimana ciri khas sikap manusia dan buah- buah iman yang jelas berbeda antara metafora domba dan metafora kambing dalam konteks perikop ini. Itu yang secara jelas dapat kita lihat pada ayat 35-36 menjelaskan bahwa orang-orang yang mengasihi Tuhan adalah mereka yang mengasihi sesama yang lapar, haus, asing, telanjang, sakit, di penjara. Teolog George Ladd mengatakan tindakan kasih ini adalah ekspresi nyata dari iman. Mereka tidak diselamatkan karena perbuatan, tetapi perbuatan adalah bukti dari iman sejati. John Calvin juga mengatakan perbuatan kasih adalah buah yang lahir dari iman. Kasih sejati kepada Kristus terwujud dalam kasih kepada sesama.

Sobat obor, lewat renungan ini hendak memberikan pesan-pesan firman bagi kita sebagai generasi muda. Pertama : Kedatangan Kristus kembali dan Penghakiman Terakhir adalah suatu hal yang pasti akan terjadi. Kapan waktunya ? Tidak ada seorangpun yang tahu bahkan malaikat pun tidak. Yang penting untuk kita lakukan bukan mencari tahu waktunya kapan tapi mengisi waktu yang Tuhan anugerahkan dengan hidup sungguh-sungguh beriman dan menunjukkan buah-buah iman termasuk lewat mengasihi sesama. Kedua : Firman ini juga hendak mengajak kita berefleksi kira- kira selama ini kita menjadi generasi muda yang berciri khas “domba” atau “kambing”? Ketiga : memotivasi kita sebagai generasi muda untuk menunjukkan iman lewat tindakan nyata yaitu mengasihi sesama termasuk mereka yang lemah, miskin, hina, yang sangat membutuhkan kasih dan kepedulian kita. Amin (SM)