TANGGUNG JAWAB SEORANG PENJAGA | YEHEZKIEL 33 : 1 – 6
Sobat Obor, dalam Yehezkiel 33:1–6, Tuhan memberi perumpamaan yang tegas dan menggentarkan: tentang seorang penjaga kota yang melihat pedang datang. Pada zaman Yehezkiel, seorang penjaga biasanya ditempatkan di menara kota atau tembok untuk mengawasi musuh dari kejauhan. Ketika bahaya datang, penjaga harus meniup sangkakala agar penduduk bersiap atau bertobat. Jika ia meniup sangkakala dan orang-orang diselamatkan, ia tidak bersalah. Tapi jika ia diam, dan pedang itu membinasakan mereka, maka darah mereka dituntut darinya. Ini bukan sekadar kisah zaman lampau. Ini adalah prinsip ilahi tentang tanggung jawab rohani. Dalam terang iman percaya kita, bagian ini menunjukkan bahwa Allah menetapkan orang- orang tertentu untuk tugas penyampaian Firman. Mereka bukan pencipta kebenaran, tapi penjaga dan penyampai suara Allah. Kebenaran harus diberitakan bukan karena respons pendengar, melainkan karena kewajiban suci di hadapan Tuhan.
Bagi pemuda Kristen, ini adalah peringatan yang serius: jangan berdiam diri saat melihat dosa. Pemuda gereja adalah penjaga- penjaga iman, bukan sekedar penjaga fisik yang biasanya mengawal gereja saat beribadah. Dunia hari ini membutuhkan suara yang berani memperingatkan bahaya rohani, bukan dengan emosi kosong, tapi dengan firman yang benar. Kita hidup di zaman ketika banyak orang tahu kebenaran, tapi memilih diam karena takut tidak diterima. Namun dalam bagian ini, Tuhan berkata: “Jika engkau tidak memperingatkan, darah mereka Aku tuntut dari tanganmu.” Ini bukan ajakan untuk menjadi penghakim, tapi penjaga. Seorang penjaga tidak menyelamatkan dengan kekuatannya, tapi dengan kesetiaan menyampaikan suara sangkakala. Tuhan menuntut kita bukan atas hasil, tapi atas ketaatan. Maka, siapa yang tahu kebenaran tetapi diam, ikut bersalah. Tapi siapa yang bersuara, walau ditolak, telah setia. Dan dalam kesetiaan itulah Tuhan berkenan. Terpujilah nama Tuhan Penjaga Israel selama-lamanya. Amin (DLW)

