ALLAH SEBAGAI GEMBALA MEMBERKATI KETURUNANMU | KEJADIAN 48:1-22 | Pdt. Kristian Kasenda, S.Th

Sobat obor, Kejadian 48 memperlihatkan adegan penuh makna: Yakub yang renta memanggil Yusuf beserta anak-anaknya untuk menerima berkat. Dalam kesaksiannya, ia berkata, “Allah yang telah menjadi Gembalaku selama hidupku sampai sekarang” (ay. 15). Pernyataan ini bukan sekadar ucapan nostalgia, melainkan pengakuan iman yang lahir dari pengalaman panjang hidup bersama Tuhan. Ia mengakui bahwa perjalanan hidupnya penuh liku: dari penipuan, pengembaraan, kesulitan, hingga masa tua di Mesir. Namun di balik semua itu, ada satu tangan yang selalu menuntun: tangan Allah. Inilah inti dari Providentia Dei— pemeliharaan Allah yang nyata dalam seluruh jalan hidup umat pilihan-Nya. Dalam teologi Reformed, pemeliharaan Allah bukan sekadar pengawasan pasif, melainkan keterlibatan aktif Tuhan yang menopang, melindungi, dan mengarahkan hidup umat-Nya menuju penggenapan rencana-Nya.

Sobat obor, pengakuan Yakub menyingkapkan dimensi personal dari Providentia Dei. Ia tidak berkata bahwa keberhasilannya datang dari strategi atau kekuatannya, tetapi dari Allah sebagai Gembala. Dalam perspektif Calvinis, pemeliharaan Allah menyangkut tiga hal: conservatio (Allah memelihara segala sesuatu agar tetap ada), concursus (Allah bekerja dalam setiap peristiwa hidup, baik besar maupun kecil), dan gubernatio (Allah memimpin segala sesuatu menuju tujuan yang ditetapkan-Nya). Yakub melihat semua ini dalam hidupnya. Bahkan ketika ia tersesat dalam keputusan salah, Allah tidak melepaskannya, melainkan tetap menuntun kembali pada jalan perjanjian.

Sobat obor, pengakuan Yakub ini bisa kita pahami lewat ilustrasi kehidupan seorang legenda sepak bola dunia, Ronaldo Nazário. Ia dikenal sebagai “Il Fenomeno” karena bakat luar biasa di lapangan hijau. Namun kariernya bukan tanpa luka. Cedera parah hampir menghancurkan hidupnya, terutama saat ligamen lututnya putus pada tahun 1999 dan 2000. Banyak yang meragukan ia bisa kembali bermain. Tetapi dengan tekad kuat, pemulihan panjang, dan kesempatan yang Tuhan izinkan, Ronaldo bangkit dan menjadi bintang di Piala Dunia 2002, bahkan membawa Brasil juara dengan mencetak gol di final. Kisah hidupnya mengajarkan bahwa jalan manusia sering penuh rintangan, tetapi pemeliharaan Allah bekerja melalui setiap peristiwa—baik penderitaan maupun kemenangan. Sama seperti Yakub melihat Allah menuntun hidupnya dari lembah gelap menuju berkat, Ronaldo pun dapat menjadi contoh bagaimana tangan Tuhan menopang seseorang di tengah krisis dan mengarahkan hidupnya pada tujuan yang lebih besar.

Sobat obor, berkat Yakub kepada Efraim dan Manasye juga menjadi bukti Providentia Dei yang bekerja lintas generasi. Allah bukan hanya Gembala bagi Yakub, tetapi juga bagi keturunan yang dijanjikan. Pemeliharaan Allah bersifat covenantal (dalam bingkai perjanjian), di mana janji berkat itu tidak berhenti pada satu pribadi, melainkan mengalir kepada anak cucu. Yakub dengan yakin mendoakan, “Kiranya nama ayahku Abraham dan Ishak disebut atas mereka, dan kiranya mereka bertambah-tambah menjadi banyak di bumi” (ay. 16). Inilah realitas pemeliharaan Allah: Ia meneguhkan janji-Nya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pemuda masa kini bisa belajar bahwa iman bukan hanya urusan pribadi, melainkan warisan rohani yang harus diteruskan. Hidup kita yang dipelihara Allah adalah kesaksian nyata bagi generasi mendatang.

Sobat obor, jika kita merenungkan kisah ini, jelaslah bahwa Providentia Dei bukan hanya doktrin kering, melainkan kenyataan yang memberi pengharapan. Allah sebagai Gembala yang setia tetap bekerja dalam sejarah umat-Nya. Sama seperti Yakub menutup hidup dengan iman pada pemeliharaan Allah, demikian juga kita diajak untuk memandang masa depan dengan keyakinan penuh. Dunia mungkin menawarkan ketidakpastian, pergumulan hidup sering membuat kita goyah, tetapi Allah tidak berubah. Ia adalah Gembala yang sama, yang menjaga umat-Nya kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya. Karena itu, marilah kita belajar mempercayakan diri sepenuhnya kepada pemeliharaan Tuhan, hidup dalam iman, dan meneruskan warisan rohani kepada anak-anak kita. Sebab berkat sejati bukanlah harta atau jabatan, melainkan hidup dalam pemeliharaan Allah yang kekal. Amin (KK)