Sunyi Yang Diharapkan | Markus 6:30-31
P
ernah mendengar ungkapan “kesepian di tengah keramaian?”. Ungkapan tersebut bisa saja nyata adanya jika keberadaan orang-orang di sekitar tidak dapat memberikan hubungan yang memuaskan. Sejak puluhan ribu tahun lalu, nenek moyang kita terbiasa hidup dalam kelompok. Bagi mereka, hidup bersama orang lain yang dapat dipercaya akan memperbesar peluang bertahan hidup. Hidup berkelompok mempermudah mereka memperoleh makanan, melawan ancaman dari hewan buas, hingga merawat keturunan. Dari situ, mulai muncul kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain yang dapat dipercaya. Tapi kesunyian tidak selamanya buruk, sebab fungsi dari kesepian adalah untuk mendorong kita mencari koneksi yang berarti dengan manusia lain. Tidak apa jika, misalnya, Anda merasa butuh menyepi setelah kerja yang padat. Selama Anda masih mampu kembali bersosialisasi dan memiliki orang-orang untuk diajak bicara jika dibutuhkan, kesendirian Anda bukanlah kesepian.
Sobat obor, dalam bagian ini, setelah para murid “disibukkan” dengan berbagai aktivitas dalam memberitakan Injil, maka Yesus mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi untuk menyendiri dan beristirahat. Tentu hal ini dibutuhkan, tidak hanya raga yang butuh istirahat. Namun pikiran dan hati perlu ditenangkan agar bisa melakukan refleksi diri. Kitapun akan sepakat untuk menganggap bahwa ketenangan dan kesunyian dibutuhkan manusia. Tidak ada cara lain untuk tahu siapa kamu dan apa maumu selain merenungkannya di dalam kesunyian dan ketenangan. Dua hal itu adalah obat penawar yang kamu butuhkan dari dunia yang ramai, berisik, dan penuh distraksi ini. Kita memilih untuk mengalihkan diri kita sebab kita tidak sanggup untuk masuk ke dalam ketenangan dan kesunyian.
Tanpa perenungan tidak akan refleksivitas. Orang takut melihat diri mereka sendiri. Kesunyian adalah kondisi terbaik bagi orang-orang yang ingin berkontemplasi, ingin menyelam sedalam-dalamnya ke lubuk diri. Seperti kata Yesus; “Marilah ke tempat sunyi, supaya kita sendirian dan beristirahat seketika”. Amin