Segala Perkara Dapat Kutanggung Di Dalam Dia | Filipi 4:10-20 | Pdt. Frani P. Kuron, S.Th

Surat Filipi ditulis oleh Paulus dari dalam penjara (1:7) ,untuk berterima kasih kepada jemaat di Filipi karena telah menolongnya dengan pemberian dan doa. Paulus berharap segera dibebaskan sehingga dapat melanjutkan pemberitaan kabar baik, tetapi dia juga tahu bahwa ada kemungkinan dia akan dihukum mati. Paulus merasakan perhatian jemaat Filipi begitu luar biasa. Melalui Eprafoditus jemaat mengirimkan segala sesuatu untuk keperluannya. Bahkan Eprafoditus bersedia tinggal bersama dengannya dan membantunya berkaitan dengan banyak hal. Perhatian jemaat Filipi ini membuat Paulus sangat terharu. Surat Filipi memperlihatkan hubungan yang mesra antara penulis dan penerimannya.

Dalam kitab Filipi berulang kali Paulus menulis tentang bersukacita. Hal ini menjadi menarik, karena kata sukacita yang disampaikan kepada jemaat Filipi ditulis ketika Paulus berada dalam situasi yang sukar. Ketika menulis surat unutk jemaat di Filipi, Paulus merupakan tawanan kekaisaran Romawi yang sedang menanti waktu persidangannya. Sebagai tahanan Paulus selalu dirantai para penjaga siang dan malam. Paulus terbatas bahkan dilarang melakukan apa yang dikehendakinya. Apakah dalam situasi seperti itu Paulus merasakan sukacita?

Memang dalam mengabarkan Injil Paulus selalu diperhadapkan dengan situasi yang sulit. Ia memberikan kesaksian kepada jemaat Korintus berkaitan pengalaman iman yang dialaminya ketika memberitakan Injil. Apakah mereka pelayan Kristus? “ aku berkata seperti orang gila – aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat” (1 Kor 11:23-28). Paulus terbiasa mengalami situasi sulit dan dari pengalaman iman itu Paulus belajar dan tahu menghadapi berbagai keadaan.

Paulus banyak mengalami pergumulan, tapi mengapa ia mampu bersaksi tentang sukacita dalam kondisi yang memprihatinkan itu? Jawabnya Paulus merasakan perhatian dan bantuan. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Ia menyampaikan sukacitanya atas bantuan yang kembali diterimanya. Bantuan itu sempat terhenti dan kembali berlanjut. Memang Paulus berkekurangan, tapi bukan berarti Paulus mengeluh dalam kekurangannya. Ia memang hidup dalam kekurangan tapi Ia belajar merasa puas dalam kekurangan ataupun kelimpahan. Dengan belajar Paulus tahu cara menghadapi situasi kelimpahan ataupun kelaparan itu. Paulus memuji perbuatan jemaat Filipi yang mengambil bagian dalam kesusahan yang dialaminya (14) tapi Paulus bersukacita bukan karena apa yang diperolehnya tapi karena jemaat Filipi yang tahu berbagi dan peduli terhadap orang lain. Dan alasan utama Paulus mampu bersukacita dalam gumulnya ialah “segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.

            Sobat obor, keadaan dan situasi berganti serta berubah. Belajarlah supaya kita tahu menghadapi berbagai keadaan yang harus kita jalani. Jika pergumulan itu datang hadapilah bersama Tuhan, jika keberhasilan menghampiri sadar diri, tetap membumi, mengucap syukur dengan cara yang benar. Dengan belajar menghadapi berbagai keadaan kita akan tahu menghadapi berbagai keadaan itu. Sebagai orang percaya kita mengimani Tuhan akan memberikan kita kekuatan menghadapi berbagai keadaan dan pergumulan.Keadaan berubah, situasi berganti tapi kasih Kristus terus teralami. Sama seperti Paulus hendaklah sebagai orang muda kita pun bisa memberikan kesaksian: “segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Amin (fpk)