Rupa-Rupa Karunia, Tetapi Satu Roh Untuk Kepentingan Bersama | 1 Korintus 12:1-11 |  Pdt. Meifira Tanor, M.Th

Lirik lagu NKB 111 berbunyi: “Gereja bagai bahtera di laut yang seram, mengarahkan haluannya ke pantai seberang. Mengamuklah samudera dan badai menderu; gelombang zaman menghempas, yang sulit ditempuh. Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih: Betapa jauh, dimanakah labuhan abadi? Tuhan, tolonglah! Tuhan, tolonglah! Tanpa Dikau semua binasa kelak. Ya Tuhan tolonglah!”. Sebagaimana kita meyakini perjalanan hidup kita adalah karunia Tuhan, demikian juga gereja meyakini, bahwa keberadaannya di dunia ini semata-mata adalah anugerah Tuhan. Tanpa Tuhan, kita binasa. Tanpa Tuhan gereja tiada. Makanya sepanjang  perjalanan kehidupan gereja Tuhan kita selalu berseru “Tuhan Tolonglah”. Supaya gereja yang didalamnya terdapat bermacam-macam karunia yang berbeda tidak menyombongkan diri. Dan tidak menganggap dirinya lebih penting dari yang lain.

Jemaat di Korintus, mengalami suatu masa dimana karunia Allah diwujudnyatakan secara keliru. Bermacam-macam karunia telah Allah berikan dalam hidup mereka. Ada karunia untuk menyembuhkan. Ada karunia untuk membuat mujizat, bernubuat, berkata-kata dalam bahasa roh dan menafsirkannya, berkata-kata dengan hikmat dan pengetahuan, dsb. Atas karunia-karunia itu mereka merasa istimewa dimata Tuhan, sehingga tidak lagi merasa setara dengan anggota jemaat lain. Mereka menjadi sombong rohani dan tinggi hati.

Perilaku dan gaya beriman seperti ini tentu dikecam Paulus. Paulus berkata: gereja adalah Tubuh Kristus, dan ciri-ciri dari sebuah tubuh yang sehat adalah bahwa setiap bagian didalamnya menjalankan fungsinya masing-masing demi kebaikan seluruh anggotanya. Namun, kesatuan tidaklah berarti keseragaman. Dalam gereja terdapat bermacam-macam fungsi yang berbeda-beda. Tetapi masing-masing merupakan karunia dari Roh yang sama dan dirancang bukan untuk kemuliaan anggota gereja secara pribadi melainkan untuk kepentingan banyak orang.

Seekor katak berkata, “suaraku paling merdu”. Ternyata wajarlah ia berkata begitu. Sebab ia berada di dalam tempurung. Ia tidak menyadari, bahwa diluar tempurung ada banyak suara merdu lainnya. Keruyukan ayam, kicauan burung, kerikan jangkrik, dsb. Kita bukan satu-satunya. Ada banyak “kita” yang berbeda. Beda kepribadian, beda bakat, beda budaya, beda etnik, beda gereja, beda agama. Hidup akan menjadi bencana jika kita menganggap hanya diri kita yang paling utama. Sebaliknya hidup adalah karunia jika tiap orang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Flp 2:3).

Sobat obor, Tuhan memberi kita karunia. Berbeda satu dengan lainnya. Karunia bukan sebatas dipahami dengan bakat-bakat luar biasa dalam berbagai bidang kehidupan. Tapi karunia harus juga dipahami dalam kesederhanaan hidup. Tuhan memberi kita karunia atau bakat untuk menjadi penolong dan penghibur. Penyabar dan penyayang, pemurah dan pemberi, pendamai dan pelerai. Hal-hal itu tidak menjadi orang terkenal, tetapi menjadi orang yang terkenang. Hal-hal itu tidak membuat kita jadi hebat dimata orang lain, tetapi membuat kita jadi berkat dihati orang lain. Dan itu yang kita sebut karunia.  Sebab Allah, Ia yang telah mengaruniakan Roh-Nya tanpa kecuali kepada tiap umat ditiap gereja. Roh Allah turun dalam berbagai wujud. Ada rupa-rupa karunia, tapi marilah setiap orang bekerja menurut tugasnya. Ada rupa-rupa pelayanan, tapi marilah kita satu padu, setia bertekun demi satu tujuan yang sama. Sebab Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.

Hidup ini harus kita pahami sebagai sesuatu yang spesial. Dimana penugasan Tuhan bagi kita bukanlah pilihan atau keputusan kita, tetapi Tuhanlah yang menentukannya bagi kita. Karena itu, kita tidak patut membusungkan dada, membaggakan diri, apalagi sampai tidak taat pada panggilan dan penetapan Tuhan. Paulus, ia sungguh menyadari bahwa kemampuan yang ia miliki berasal dari Tuhan. Paulus tidak pernah berkata, “lihat apa yang telah kukerjakan”. Tapi yang selalu ia ucapkan adalah: “kemuliaan bagi Allah”. Ia tidak pernah menganggap dirinya sendiri mampu untuk melaksanakan tugas. Ia berkeyakinan bahwa Allahlah yang telah membuatnya mampu. Amin (MT)

Welcome to SOBAT OBOR

Install
×