Bukan Untuk Diri Sendiri | 1 Korintus 12:1-3
Ada seorang bapa gereja bernama, Ambrosius. Pada awalnya, ia merupakan Gubernur Romawi yang memerintah di Provinsi Liguria. Ambrosius sangat dikasihi rakyatnya karena memerintah dengan kasih sayang. Suatu saat uskup di wilayah tersebut meninggal dunia. semua orang bertanya, “siapakah yang dapat menggantikannya?”. Di tengah-tengah perbincangan itu, seorang anak berteriak: Ambrosius, Ambrosius! Orang banyak mendengar sambil ikut-ikutan berteriak “Ambrosius, Ambrosius”. Hal itu tidak pernah terbayangkan olehnya. Ia sebisa mungkin menghindar dari jabatan tinggi yang ditawarkan gereja kepadanya. Mengapa ia menghindar? Karena ia merasa tidak layak. Namun, karena intervensi dari Kaisar, maka Ambrosius setuju menerima jabatan uskup tersebut.
Jauh dari perasaan ambisius, orang-orang besar seperti Ambrosius dipenuhi dengan perasaan tidak layak untuk memangku jabatan tinggi. Apabila seseorang selalu mementingkan kepentingan sendiri, ia biasanya berbenturan dengan orang lain. Jika hidup diibaratkan perlombaan yang hadiahnya harus dimenangkan, ia akan selalu menganggap orang lain sebagai musuh atau saingan yang harus disingkirkan. Pemusatan diri sendiri berarti, mau tidak mau, meniadakan orang lain. Akibatnya, tujuan hidup bukan untuk menolong orang lain, melainkan menyisihkannya. Paulus sesungguhnya ingin mengajak jemaat Korintus agar menyadari bahwa pusat hidup orang Kristen bukanlah diri sendiri, melainkan Yesus yang adalah Tuhan dan Juru Selamat. Baginya, setiap orang yang mengaku Yesus adalah Tuhan, dipenuhi dengan Roh Allah.
Sobat obor, seluruh tujuan Yesus bukanlah kemuliaan diri-Nya sendiri tetapi kemuliaan Allah. Jika dalam gereja ada orang yang bertujuan mengarahkan perhatian pada diri sendiri, tujuan Yesus adalah mengarahkan padangan manusia kepada Allah. Jadi seluruh pengikut Yesus harus selalu berpikir bukan mengenai dirinya, melainkan orang lain. Bukan demi kemuliaannya sendiri melainkan kemuliaan Allah. Kristus tidak pernah menghendaki kehadiran gereja sebagai tempat berselisih, tapi tempat bersekutu. Bukan tidak pernah ada perbedaan dalam soal prinsip, ide, atapun soal organisasi. Tapi sekali lagi, Kristus yang mempersatukan, jauh lebih besar dari perbedaan-perbedaan itu. Ingatlah, kita diberikan karunia yang berbeda satu dengan lainnya. Amin (MT)