Tuhan Menyediakan | Kejadian 22 : 1-19 | Pdt. Deni Leiden Waljufri, S.Th
Sobat obor, sejauh mana kita mengimani Tuhan Allah kita? Benarkah kita percaya sungguh kepada-Nya? Mari kita lihat contoh iman yg luar biasa ini. Abraham adalah seorang yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Allah. Mari membayangkan bagaimana Abraham dikasihi Allah. Setelah lama bersama Sarah istrinya, Allah menjanjikan anak laki-laki bagi mereka. Tentu secara manusia hal ini terasa ganjil karena mereka sudah tua. Sarah bahkan menertawakan perkataan Tuhan karena dirinya sudah layu untuk memiliki seorang anak. Tetapi di umur seratus tahun Abraham, Tuhan menepati janjinya. Betapa berharganya anak ini: Ishak, seorang anak tunggal bagi mereka berdua dan didapatkan diusia yang tak biasa. Sudah pastilah ini dijaga baik-baik, mengingat anak ini jugalah yang akan meneruskan keturunan Abraham. Janji Tuhan kepada Abraham membuatnya menjadi bapa dari sejumlah besar bangsa. Eh, tapi tiba-tiba Tuhan berfirman kepada Abraham. Firman-Nya lain dari biasanya, “persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung..”. Ishaklah yang harus dikorbankan. Oleh Abraham sendiri, ayahnya. Ishak harus dikorbankan dengan cara disembelih seperti hewan korban. Setelah itu ia harus dibakar sampai habis, seperti layaknya korban yang dipersembahkan bagi Allah. Dan sekali lagi, oleh Abraham, ayahnya. Sungguh tak masuk akal bagi pemahaman manusia! Sulit dipahami, di satu sisi Tuhan berjanji menjadikan keturunan Abraham sebagai bangsa yang besar. Tapi disisi lain, anak tunggal itu diminta dikorbankan bagi Tuhan. Mengapa begitu Tuhan? Tapi respon Abraham pun sungguh diluar dugaan. Tanpa protes, tanpa bertanya. Abraham langsung mengerjakan rencana Tuhan itu. Ia yakin Tuhan Allah tidak salah mengambil keputusan. Mungkin, dihatinya Abraham percaya Tuhan pasti punya rencana tertentu baginya.
Sikap Abraham menjawab perintah Tuhan ini yang kita sebut sebagai iman. Dalam Perjanjian Lama (PL), iman berarti “kesetiaan” atau “percaya”. Abraham disebut secara khusus tentang itu. Mengenai Abraham tertulis: “percayalah ia kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. Ayat ini diambil oleh penulis Perjanjian Baru (PB) untuk mendefinisikan iman. Mengapa Abraham tidak menolak perintah Tuhan? Karena Abraham mengenal Allahnya. Saat ada suara memanggilnya, ia tahu itu suara Tuhan, maka ia menyahut: “ya, Tuhan.” Rentetan hidupnya adalah bukti bahwa ia mengenal Allahnya dengan jelas. Sehingga perintah inipun disanggupinya tanpa protes. Iman Abraham yang luar biasa diikuti oleh Ishak pula. Dibutuhkan iman yang kuat bagi seorang Ishak yang berangkat bersama Abraham, memikul kayu bakar untuk korban tanpa ada korban yang mereka bawa. Dibutuhkan iman/kesetiaan seorang anak yang diikat dan diletakkan di atas mezbah untuk menjadi korban. Tentulah Ishak segera tahu bahwa dialah yang akan dikorbankan. Tuhan menyediakan pengganti Ishak pada akhirnya. Seekor domba jantan yang menggantikan korban Ishak. Iman Abraham bisa saja terbentuk karena ia tahu bahwa Tuhan akan menyediakan. Sejak awal ia yakin bahwa Tuhan pasti punya rancangan yang lebih baik. Abraham ternyata tidak keliru. Janji Tuhan semakin diteguhkan oleh karena kesetiaannya ini. Tuhan memberkati Abraham berlimpah- limpah, keturunannya menjadi berkat bagi banyak orang.
Apa sebenarnya yang hendak ditunjukkan melalui kisah ini? Allah menyediakan. Apa yang Ia sediakan? Semuanya. Bahkan diri-Nya sendiri. Tuntutan korban Ishak sebagai anak tunggal Abraham, menunjukkan tentang pengorbanan Allah melalui Yesus Kristus, anak tunggal Bapa yang harus mati untuk menebus dosa manusia. Kerelaan Abraham memberi Ishak merupakan bayangan karya selamat Allah yang rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Disisi lain juga, domba pengganti menunjukkan tentang korban yang tak berdosa yang harus menggantikan Ishak yang seharusnya mati dikorbankan. Dari kedua sisi ini Allah menyediakan. Ia memberi diri-Nya sendiri melalui Yesus Kristus, dan Ia juga adalah pengganti korban yang tak berdosa. Sungguh luar biasa cara Allah menggambarkan karya selamat-Nya melalui cerita Abraham ini. Semoga kita semakin beriman kepada-Nya. Amin (DLW)