TEPATILAH NAZARMU | Hakim-Hakim 11:29-40 | Pdt. Stefanus F.Mawitjere, M. Th
Sobat obor, kitab Hakim-Hakim meliputi suatu periode waktu dimulai setelah kematian Yosua dan berakhir sebelum tampilnya Samuel dan sebelum adanya penobatan Saul sebagai raja. Kitab Hakim-Hakim (bahasa Ibrani: םיִטְפֹוׁש, Syofetim) artinya bukan hakim dalam jabatan yudisial tapi hakim/pemimpin atas bangsa Israel menyampaikan kehendak Tuhan, memimpin perang, menegakkan keadilan dan kebenaran, menghukum orang yang bersalah dan membenarkan orang yang benar. Kitab ini merupakan kitab ketujuh pada Perjanjian Lama Alkitab. Dalam kitab Hakim-Hakim, secara sah terdapat 12 nama hakim yaitu : Otniel, Ehud, Samgar, Debora, Gideon, Tola, Yair, Yefta, Ebzan, Elon, Abdon, dan Simson.
Sobat Obor, renungan sepanjang minggu menjelaskan soal kisah hidup dan kisah kepemimpinan salah satu hakim bernama Yefta. Untuk memahami soal kisah hidup Yefta, ada satu filosofi inspiratif «Teologi from zero to hero». Artinya seseorang yang sebelumnya berada dalam situasi nol, bukan apa-apa, tidak diperhitungkan, tapi akhirnya menjadi seorang pahlawan. Untuk memahami proses-proses hidup yang dialami Yefta, dapat disebutkan secara singkat dengan 5B (Broken Home, Brigand, Brave, Bewildered, Blessed). BROKEN HOME: Yefta hidup dalam status sebagai anak perempuan sundal, diusir oleh saudara-saudara tiri dan tidak mendapat warisan (11:1-2) BRIGAND: Oleh karena itu, Yefta melarikan diri ke tanah Tob dan hidup bergaul bersama para perampok (11:3) BRAVE : Tapi tak diduga ternyata para tua-tua Gilead pergi menumpai Yefta dan bermohon supaya Yefta menjadi panglima perang memimpin bangsa Israel dan berani melawan bani Amon bahkan menimbulkan kekalahan yang amat besar bagi mereka (11:5-6, 11:32-33). BEWILDERED : Saat menjadi panglima untuk berperang melawan bani Amon, sekilas dapat dilihat bahwa Yefta menunjukkan sikap yang inspiratif yaitu bernazar kepada Tuhan jika bani Amon dapat dikalahkan (11:30-31) maka saat Yefta pulang ke rumah, apapun yang keluar dari pintu rumah untuk menemuinya akan dipersembahkan sebagai korban bakaran dan ternyata yang keluar menemui Yefta adalah anak perempuannya. Tapi sebenarnya motivasi hati di balik nazar Yefta dipenuhi dengan ketakutan, ketidakpercayaan dan keraguan kepada Tuhan. Jadi, terlihat bahwa nazar Yefta dibuat untuk menutupi imannya yang lemah. Walaupun menikmati kemenangan perang tapi Yefta ada dalam situasi yang dilematis. Tak bisa dipungkiri bahwa Yefta melakukan suatu kebodohan dengan menjadikan anaknya sebagai korban bakaran akibat kecerobohannya dalam membuat nazar yang tidak didasari pada pertimbangan yang tepat. Praktek nazar seperti itu sebenarnya lebih mirip dalam praktek sinkretisme (Yer. 3:24; 7:31; 19:4-6; Yeh.16:20-21; 23:37- 39) karena dalam aturan Taurat ada larangan untuk mempersembahkan anak sebagai korban bakaran. Ul.12:31; 18:9-10. BLESSED: Satu makna penting yang dapat kita pelajari dari situasi kepemimpinan Yefta yaitu walaupun terdapat sisi negatif dalam kisah hidupnya, tapi kita juga harus mengakui bahwa dia diberkati oleh Roh Tuhan. Yefta yang awalnya ditolak dan dibuang dari keluarga ternyata dipilih oleh Tuhan menjadi pemimpin bagi Israel. Walaupun awalnya merasakan kepahitan hidup dalam situasi broken dan menjadi perampok home tapi Yefta tidak mengalami broken faith. Sebaliknya, dia menjadi pemimpin yang meminta pimpinan Tuhan, menjadi hakim yang tunduk pada Hakim Agung (band 11:11, 11:27, 11:29). Tak heran, dalam Ibrani 11 Yefta termasuk dalam tokoh saksi-saksi iman. Oleh karena itu, jadilah pemimpin yang selalu meminta pimpinan Tuhan karena saat Tuhan yang pimpin maka Dia tidak akan salah pimpin, saat Tuhan yang atur maka Dia tidak akan salah atur.
Sobat obor, renungan ini hendak memberikan pesan-pesan firman bagi kita sebagai generasi muda. Pertama: Bernazar adalah suatu tindakan yang baik di dalam Alkitab. Bernazar adalah janji iman kepada Tuhan dan janji itu harus ditepati, karena jika tidak ditepati maka akan menjadi dosa. Profesor Teologi asal Jerman bernama Johannes Botterweck berkata: dalam konteks religius Israel nazar merupakan janji yang sungguh-sungguh diadakan untuk memperlihatkan keyakinan bahwa Allah akan bertindak. Untuk itu, nazar diadakan sebagai permohonan agar Allah mengabulkan permintaan. Pengkhotbah 5:5 Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. Ul 23:21-22 Apabila bernazar jangan menunda-nunda menepatinya. Tapi tidak bernazar juga bukanlah suatu dosa di hadapan Tuhan. Kedua: Mungkin ada di antara kita yang mengalami masa lalu yang pahit dan mengerikan berkaitan dengan keluarga kita, tapi yakinlah saat kita hidup bersama Tuhan maka Dia dapat mengubah situasi yang pahit menjadi manis, mengerikan menjadi menggembirakan. Kita Tidak Dapat Mengubah Masa Lalu Tapi Saat Berjalan Bersama Tuhan Kita Dapat Berjuang Meraih Masa Depan Yang Baik Dengan Cara Menjalani Masa Kini Dengan Baik. Ketiga: Menikmati berbagai keberhasilan/kemenangan adalah dambaan bagi kita sebagai generasi muda. Renungan ini memotivasi untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap aktivitas, studi, cita-cita, cinta, bahkan pekerjaan kita. Jangan andalkan kehebatan diri tapi selalu andalkan Tuhan. Kehebatan kita bukan terletak pada kehebatan kita tapi sesungguhnya kehebatan yang ada pada kita karena kehebatan dan kasih Tuhan. Jesus Bless. Amin (sfm)