Janji Kelepasan | Mikha 5 : 4b – 5

Sobat Obor, kalau kita berada di tengah- tengah kemacetan di jalan raya, pasti kita merasa dongkol apalagi kalau kita harus tergesa- gesa menuju ke suatu tujuan karena berhadapan dengan waktu yang sempit. Rasa dongkol ini biasanya semakin parah kalau kita tidak tahu di mana sumber kemacetan itu berasal dan apa yang menyebabkan itu terjadi. Lain ceritanya kalau kita sudah mengetahui apa yang menyebabkan kemacetan itu terjadi. Kita pasti akan bersikap lebih sabar menghadapinya. Ketika berhadapan dengan sebuah pergumulan, kita pasti akan bersikap lebih sabar dan optimis ketika kita tahu bahwa ada jalan keluar yang kelak menyelesaikan setiap persoalan kita.

Umat Israel yang menjadi pusat pemberitaan nubuatan dari nabi Mikha pun demikian. Meski mereka harus berhadapan dengan nubuatan penghukuman atas dosa mereka yang menyembah ilah lain dan menindas orang miskin; tapi setelah penghukuman itu Tuhan menjanjkan kelepasan bagi mereka. Asyur sebagai gambaran musuh yang kuat dan sulit dikalahkan, suatu kali kelak akhirnya juga akan dikalahkan. Digambarkan bahwa Asyur akan dicukur dengan pedang dan negeri Nimrod dengan pedang terhunus. Apakah hal yang paling membahagiakan hati selain kita mengetahui bahwa kita akan dilepaskan dari sebuah penghukuman? Apalagi kelepasan itu adalah sesuatu yang “happy ending”. Orang Israel dan secara umum umat manusia di dunia ini merasakan kelepasan yang besar setelah kedatangan Mesias. Kedatangan Yesus kemudian mendatangkan keselamatan bagi seluruh umat manusia yag telah dikuasai dosa. Kebinasaan layaknya Asyur yang siap menghancurkan, namun kelepasan bagaikan pedang yang mencukur lawan- lawanya. Natal sebagai penggenapan janji Mesianik dari kitab Mikha ini juga demikian. Ia harus bermakna kelepasan dan kedamaian bagi mereka yang percaya kepada Mesias yang menyelamatkan itu. Seyogyanya setiap sukacita Natal dikembalikan pada tujuan awal Mesias yang datang menghadirkan damai sejahtera bagi dunia. Amin (DLW)