SAAT HIDUP, BERDIAKONIALAH | Lukas 16:19-31 | Pdt. Meifira Tanor, M.Th

Sobat obor, Yesus memulai perumpamaan ini dengan memperkenalkan kita pada dua tokoh yang sangat berbeda. Orang kaya hidup dalam kemewahan, berpakaian ungu dan linen halus, serta berpesta setiap hari. Sebaliknya, Lazarus adalah seorang pengemis yang hidup menderita, duduk di depan rumah orang kaya dan berharap mendapat sisa makanan dari meja si kaya. Jubah orang kaya pada waktu itu, harganya berkisar 200.000-300.000 jika dirupiahkan. Suatu jumlah yang sangat besar ketika dibandingkan dengan seorang miskin yang pendapatannya hanya 250 rupiah sehari. Suguhan makanan setiap hari, bertabur kemewahan. Ia berpesta setiap hari. Orang kaya dalam perumpamaan ini digambarkan sebagai seseorang yang memiliki segalanya, tetapi menutup mata terhadap Lazarus yang sangat membutuhkan pertolongan. Lazarus, seorang pengemis yang miskin harus menghilangkan laparnya dengan menunggu apa yang jath dari meja orang kaya. Ia depenuhi dengan borok, begitu banyaknya. Bahkan anjing-anjing jalanan datang menjilat boroknya. Begitu beruntung si kaya, dan begitu malang nasib si miskin. Itulah yang dapat kita simpulkan. Namun, keadaan itu berubah ketika kematian menjemput. Lazarus berada di pangkuan Abraham, dalam penghiburan dan kedamaian, sementara orang kaya berada dalam penderitaan ketika menginggal dunia.

Dalam perikop dikatakan bahwa orang kaya itu meminta agar Abraham mengirim Lazarus untuk memberinya setetes air untuk meringankan penderitaannya. Namun, Abraham menjelaskan bahwa ada jurang yang tidak bisa diseberangi antara tempat keduanya, yang menunjukkan bahwa kehidupan kekal itu final dan tidak bisa diubah. Ketika orang kaya itu meminta agar Lazarus diutus untuk memperingatkan keluarganya, Abraham menjawab bahwa mereka sudah memiliki hukum Taurat dan para nabi sebagai peringatan. Jika mereka tidak mendengarkan firman Tuhan, mereka tidak akan percaya sekalipun seseorang bangkit dari kematian. Semua sudah terlambat jika kematian menjemput.

Sesungguhnya, apa dosa orang kaya itu? Ia tidak pernah memerintahkan untuk mengusir Lazarus dari pintu gerbangnya. Ia juga tidak menolak saat Lazarus menanti-nantikan remah-remah rotinya yang dibuang dari atas meja. Dosa orang kaya itu adalah bahwa ia tidak memberikan perhatian kepada Lazarus. Ia hanya menerima Lazarus sebagai pemandangan yang dilihatnya setiap hari. Bukanlah apa yang orang kaya itu perbuat yang membawanya ke dalam neraka, tetapi justru karena apa yang tidak ia lakukan”. Dosanya adalah bahwa ia melihat sesama manusia ada dalam penderitaan dan kelaparan, tetapi tidak berbuat apa-apa terhadap itu. Ia dihukum karena tidak memberi perhatian kepada orang yang menderita. Kekayaan dan kesenangan membuat orang kaya ini tidak melihat penderitaan Lazarus. Keegoisan hati menghalangi belas kasih yang seharusnya ia miliki.

Sobat obor, jika perhatian utama seseorang tertuju pada pemilikan materi, ia akan melihat segala sesuatu dari sudut pandang harga dan bukan dari segi nilai. Yang ia pikirkan adalah apa yang bisa ia dapatkan dengan uang. Ia bisa saja lupa bahwa di dunia ini ada nilai-nilai yang jauh melebihi uang. Bahwa ada hal-hal yang tidak dapat di nilai dengan uang, dan ada hal- hal berharga yang tidak bisa di beli dengan uang. Celakalah kalau orang mengira bahwa segala sesuatu pantas mempunyai harga untuk di beli dengan uang. Ada ungkapan yang berkata :100 orang dapat tahan di uji oleh kesengsaraan, tetapi hanya satu orang yang tahan diuji oleh kemakmuran. Kemakmuran akan sangat muda membuat seorang menjadi sombong, bangga, berpuas diri, bersikap duniawi bahkan tidak perduli.

Perikop ini mengingatkan bahwa kekayaan dan kemewahan di dunia tidak menjamin kedudukan yang sama di kehidupan kekal. Perumpamaan ini tidak mengutuk kekayaan itu sendiri, tetapi mengutuk sikap hati yang egois dan tidak peduli terhadap penderitaan sesama. Adalah suatu peringatan yang dahsyat bahwa dosa si orang kaya bukanlah oleh karena ia telah melakukan hal-hal yang salah, tetapi justru karena ia tidak berbuat apa-apa. Karena itu, saat hidup, berdiakonialah. Amin (MT)

Welcome to SOBAT OBOR

Install
×