PILIH SATU DARI ANTARA DUA | AMSAL 9:11-18

Sobat Obor, Amsal 9 merupakan nasihat panjang dari penulis Amsal agar memilih hikmat dan menolak kebodohan. Hikmat dan kebodohan digambarkan sebagai perempuan, yang masing-masing mengundang orang ke pestanya. Pesta Hikmat melambangkan sukacita dan kedekatan dengan Tuhan. Kebodohan yang tidak stabil dan tidak berakal sehat menyediakan roti dan air curian dari tipu daya dan kejahatan yang mendatangkan kematian bagi tamu-tamunya. Amsal 9 mendorong orang untuk memilih yang benar. Pilih satu dari antara dua; salah satu pilih akan berakibat fatal.

Penulis Amsal menyandingkan kedua pilihan itu sebagai dua wanita yang bersaing memperebutkan perhatian dan minat dari calon pemilihnya. Sungguh bukan kebetulan, dua kata yang berlawanan ini, yaitu hikmat dan kebodohan dalam bahasa Ibraninya menyatakan gambaran perempuan bijak dan wanita bebal. Masing-masing mempersiapkan perjamuan bagi orang-orang yang diundang untuk menikmati persekutuan dengan mereka. Perempuan bijak adalah perempuan bertanggung jawab yang menyediakan makanan yang bermanfaat (5-6). Sementara wanita bebal menyediakan makanan hasil curian (16-17). Masing-masing mengambil posisi di tempat-tempat tinggi di kota (3, 14), yang sangat mungkin merujuk kepada kuil atau tempat ibadah bagi penduduk kota tersebut. Hal ini memperlihatkan gambaran hikmat lawan kebodohan pada hakikatnya merupakan peperangan melawan kekafiran. Bacaan kita saat ini tidak memberikan tawaran melainkan tantangan agar orang memilih setia dan mau belajar dari hikmat supaya menikmati hidup yang berkemenangan dan memuaskan (11). Membiarkan diri dibujuk rayu oleh kebebalan atau memilih jalan pintas untuk kesenangan akan berujung pada kebinasaan (18).

Sobat obor, dalam hidup kita akan selalu diperhadapkan dengan pilihan. Namun ketika kita membandingkan pilihan-pilihan itu dengan saksama dalam terang hikmat Tuhan, maka hanya akan ada satu pilihan saja yaitu berpaut pada Tuhan, sumber hikmat. Karena hanya dengan hikmat Tuhan saja, hidup akan mendapatkan kesejatian dan kepuasannya. Di luar Tuhan, hidup ini hanya spekulasi-spekulasi tanpa pengharapan jelas, hanya kenikmatan sesaat tanpa kepuasan sejati dalam kekudusan yang bermakna. Amin. (FPK)