RENDAH HATI | KISAH PARA RASUL 18 : 24 – 25
Sobat Obor, dalam sebuah cerita bijaksana Timur pernah diceritakan seorang tabib yang rendah hati. Sang tabib sangat terkenal karena keahliannya di wilayahnya. Sampai suatu kali, datanglah seorang pasien mengalami penyakit yang si tabib pun tak bisa menyembuhkannya. Ia menyerah dan menyatakan penyakit ini tak bisa diobati. Tapi alangkah terkejutnya si tabib beberpa waktu kemudian bertemu dengan pasien dan ia telah sembuh. Maka sang tabib mencari guru yang menyembuhkan itu dan ia bersedia menjadi murid dan tak memberitahukannya kepada siapa pun. Beberapa tahun kemudian, di sekolah tempat ia belajar dihebohkan dengan kedatangan pasien yang harus segera dioperasi. Tak ada yang berani melakukan operasi itu. Akhirnya si tabib melakukan operasi itu dan berhasil. Guru pun terkejut setelah mengetahui asal muasal si tabib ini. Sang tabib mendapat pujian karena kerendahan hatinya, dan sang guru menurunkan semua ilmu kepadanya.
Sikap rendah hati dan mau belajar adalah kunci keberhasilan pelayanan. Apolos pun demikian. Jarang kita jumpai pemimpin seperti Apolos. Ia seorang teolog Yahudi berasal dari Aleksandria. Ia pintar berbicara dan menguasai Perjanjian Lama dengan baik, juga pandai mengajar. Setelah menjadi Kristen, ia dengan bersemangat mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi. Ia seorang pemimpin yang cemerlang. Tapi satu kekurangannya, bahwa ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Namun, tentu saja Apolos rendah hati. Ia bersedia diajar oleh Priskila dan Akwila supaya semakin mengenal kebenaran tentang Yesus. Kesediaannya untuk diajar menjadi teladan tentang bagaimana pelayanan itu harus dilakukan. Kebanyakan orang yang merasa tahu sulit sekali untuk mau diajar. Rasa gengsi dan tak memiliki kerendahan hati sering menghambat pelayanan dan regenerasi pelayanan. Melalui, seorang Apolos kita diajar untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan bersedia diajar agar gereja semakin bertumbuh dan pelayannya semakin dewasa dalam iman dan pengetahuan tentang Tuhan. Amin (DLW)