PERBEDAAN ITU INDAH | ROMA 15:5-6

Sobat Obor, Perbedaan selalu menjadi tempat yang rawan terjadinya persoalan. Banyak pertengkaran terjadi hanya karena diawali terjadinya perbedaan pendapat dan penilaian terhadap sesuatu. Perbedaan semakin dipertajam dengan sikap merendahkan dan melecehkan. Penyampaian argumentasi dilakukan dengan cara menghina, telah menciptakan kebencian dan akar pahit yang mengarah pada peniadaan orang lain. Masing-masing orang merasa diri paling benar dengan pandangannya. Pengabaian pendapat yang berbeda dianggap sebagai pelecehan terhadap keberadaan diri, dan itu rentan terjadinya sikap saling membalas antara satu dengan yang lain. Mungkinkah perbedaan ditiadakan agar tercipta kedamaian dan kerukunan? Fakta yang tidak bisa kita hindari. Penciptaan membawa konsekuensi logis yaitu tercipta pula perbedaan didalamnya. Setiap orang adalah individu yang unik dan berbeda dengan yang lain.

Jemaat di Roma memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Jemaat yang berlatar belakang budaya Yahudi, tentu tidak akan mudah untuk meninggalkan tradisi pemahaman tentang kehidupan beriman yang sudah sekian lama diajarkan dari generasi ke generasi. Aturan tentang makan makanan tertentu, sudah terasa mendarah daging sehingga tetap dipertahankan untuk dilakukan. Sementara itu, jemaat yang berlatar belakang bukan Yahudi, lebih bebas dalam hal makanan. Dapat kita bayangkan, perbedaan kecil tentang makanan, ternyata dapat menjadi lahan yang subur terjadinya persoalan. Apalagi ketika mereka harus duduk bersama sebagai jemaat Tuhan, pasti sangat terasa suasana tidak nyaman yang terjadi. Paulus dalam suratnya hendak memberikan pemahaman yang mendasar tentang keselamatan dalam Yesus Kristus. Bagi Paulus, iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, itu berbicara tentang Kerajaan Allah, dan Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Inilah yang harus diperjuangkan ketika telah hidup dalam jaminan keselamatan melalui Yesus Kristus. Artinya, tidak pada tempatnya jemaat harus bersitegang hanya karena persolan makanan dan minuman. Makanan dan minuman hanya sarana untuk membangun kehidupan, demi hidup dalam damai sejahtera, keadilan dan kebenaran. Tentu bukan bermaksud mengabaikan tentang makanan dan minuman. Oleh sebab itu, berpatok pada Kerajaan Allah maka sikap hidup yang benar perlu dikedepankan dalam membangun persekutuan. Paulus mengajak jemaat untuk bisa saling menerima dalam penghargaan. Tidak saling menghakimi, sebaliknya saling menghormati. Masing-masing melakukan yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan. Fokus utamanya adalah kemuliaan Allah di dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Memang tidak mudah untuk membangun persekutuan dalam kerukunan. Godaan pementingan diri sendiri, egois, godaan memberi penilaian buruk dan penghakiman: seringkali ditunggangi oleh Iblis untuk menghancurkan persekutuan. Hanya karena kasih karunia dan pertolongan Allah yang dianugerahkan kepada jemaat, akan membimbing dan memampukan jemaat untuk hidup dalam kerukunan dan persekutuan yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan.

Mari kita membangun persekutuan dengan memanfaatkan perbedaan sebagai batu uji untuk mengembangkan sikap saling menghargai dan menerima, tanpa harus tersandung oleh perbedaan. Ingat, pelangi itu indah justru karena warnanya berbeda-beda. Amin (SIS)