MEMBERI HATI | MATIUS 22 : 19-20
Sobat Obor, saat Yesus berkata, “Tunjukkanlah kepada‑Ku mata uang untuk pajak itu”, yang ditunjukkan oleh orang‑orang itu bukanlah uang biasa dari daerah Yahudi, tetapi sebuah dinar Romawi. Dinar ini sangat dikenal pada masa itu, digunakan sebagai alat pembayaran resmi di seluruh daerah yang dijajah oleh Kekaisaran Romawi. Koin itu kecil, terbuat dari perak, tetapi mempunyai makna yang sangat besar bagi penduduk Yahudi. Pada salah satu sisinya terdapat gambar Kaisar Tiberius, yang memerintah dari tahun 14–37 M. Biasanya di sekeliling gambarnya tertulis kata‑kata dalam bahasa Latin yang berarti: “Tiberius, putra dari Augustus yang Ilahi”. Ini bukan hanya soal uang, tetapi soal simbol politik dan agama. Koin itu sendiri membawa pesan bahwa Kaisar bukan hanya seorang penguasa, tetapi juga diklaim sebagai sosok yang “ilahi”.
Bagi banyak orang Yahudi, uang ini membuat tidak nyaman. Ada yang merasa bahwa membawa dan menggunakan koin itu berarti menerima atau bahkan menyetujui status sang Kaisar sebagai “dewa” atau “tuhan” bagi kerajaan itu. Ada juga yang merasa uang itu bertentangan dengan iman mereka, karena Allah sendiri yang memerintah umat‑Nya, bukan penguasa asing. Saat Yesus meminta untuk melihat koin itu, maksud‑Nya bukan semata soal nilai ekonominya, tetapi soal nilai dan maknanya bagi manusia. Ia memperlihatkan bahwa setiap benda mempunyai gambar yang menentukan siapa pemiliknya. Koin itu membawa gambar dan nama Kaisar, maka memang wajar bila digunakan dan dikembalikan bagi Kaisar. Namun Yesus juga mengingatkan bahwa manusia membawa gambar Allah sendiri. Jika koin itu dikembalikan kepada Kaisar, maka manusia yang membawa gambar Allah juga sepatutnya.
Sobat obor, dari sebuah koin kecil ini kita belajar bahwa Allah memanggil kita bukan hanya soal memberi apa yang memang wajib bagi manusia, tetapi juga memberi Allah tempat yang paling utama yaitu seluruh keberadaan kita. Allah tidak pernah menilai dari jumlah uang yang kita miliki, tetapi dari kesediaan kita memberi hati dan hidup sepenuhnya bagi‑Nya. Amin (MT)