HORMATILAH PEMIMPIN DAN HIDUPLAH SELALU DALAM DAMAI SEORANG DENGAN YANG LAIN | 1 TESALONIKA 5 : 12-22 | Pdt. Belly F. Pangemanan M.Th

Sobat Obor, Jika ditanya siapa yang paling anda hormati di dunia ini? Tentu dipikiran kita sudah ada beberapa nama. Jika ditanya, kenapa anda menghormati orang-orang itu? maka kitapun akan menguraikan beberapa kriteria. Tentu kita paham, sikap menghormati dan dihormati adalah mata rantai yang saling terhubung. Menghormati orang lain adalah cara terbaik untuk mendapatkan rasa hormat dari mereka. Integritas dan kejujuran akan menjadi faktor penentu dalam mendapatkan rasa hormat orang lain. Memang menghormati orang lain lebih mulia daripada meminta dihormati. Dan jangan lupa bahwa rasa hormat terhadap orang lain akan menghasilkan rasa hormat terhadap anda. Terkadang kita ingin dihormati tapi minim rasa menghargai. Di dalam sikap menghormati ada cerminan kemuliaan beragama, kuatnya iman, bagusnya budi pekerti dan ciri kerendahan hati. Sebaliknya didalam meminta dihormati (=gila hormat) ada ciri keangkuhan beragama, lemahnya iman, busuknya hati dan kesombongan hati. Hanya kalau kita tahu adab dan ilmu pasti tahu bagaimana berhubungan baik dengan sesama.

Akhir-akhir ini pemahaman masyarakat dalam menumbuhkan rasa hormat dan menjaga etika pada pemimpin berada pada level yang sangat rendah. Coba kita amati, hampir dalam setiap kebijakan yang diterapkan dan diputuskan, pasti kita lihat banyak sekali masyarakat yang meresponnya bukan lagi dengan kritik, tapi lebih dengan cercaan dan hinaan yang mengarah pada personal individu. Hal ini sering terjadi tidak hanya satu- dua kali saja, pemandangan demikian paling sering kita lihat di medsos yang mana setiap orang bebas berkata apapun sesuai kecenderungan pribadinya. Semenjak adanya kebebasan berpendapat, maka kritik dan penyerangan terhadap pemimpin telah dianggap lazim dan telah menjadi bagian dari budaya baru. Sepertinya orang senang dan bangga jika label “oposisi” ada padanya, sepertinya ada yang merasa ada kehormatan bagi mereka yang bersikap sinis dan kasar terhadap pemimpin. Tak bisa dipungkiri karena ketidaksukaan pada pribadi ataupun kebijakan, orang dengan mudah mengatasnamakan kebenaran untuk menghina seorang pemimpin. Pemimpin memang tidak boleh anti kritik, namun dizaman sekarang atas nama kritik, orang dengan gampangnya membuli, memfitnah dan mengolok-olok. Lebih buruk lagi, tanpa ada rasa bersalah, malah bangga berdiri seakan-akan sebagai “penyambung lidah rakyat/ jemaat” menyerang dengan kasar para pemimpin.

Sobat obor, terlepas dari pro-kontra soal kebebasan dalam berpendapat, penting untuk dibahas; pentingkah menghormati pemimpin? Lalu, bagaimana cara menghormati pemimpin dengan benar? Apakah dengan memujinya, meski dia keliru? Atau mengkritiknya jika dia salah? Pertanyaan- pertanyaan ini penting dijawab agar tidak terjebak dalam sikap yang keliru dalam menghormati pemimpin.

Kepada jemaat Tesalonika, Paulus mengingatkan orang percaya pada sikap yang seharusnya dilakukan untuk pemimpin-pemimpin di jemaat. Pertama, sikap menghormati. Siapakah yang dihormati? Menurut Paulus adalah mereka yang bekerja keras diantara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu. Dan yang kedua, supaya mereka menjunjung para pemimpin dalam kasih. Kenapa hal ini perlu dilakukan.? Paulus mengatakan, karena mereka patut memperolehnya disebabkan pekerjaan yang mereka lakukan. Dengan sangat tegas, Paulus mengingatkan agar kita menghormati dan menjunjung tinggi dengan kasih terhadap orang-orang yang berjerih payah melayani Tuhan. Hormatilah mereka dengan setulus hati karena mereka bekerja untuk kepujian dan kemuliaan Tuhan. Hendaklah kita hidup damai dengan semua orang, karena Dia sudah memperdamaikan kita dengan diri-Nya dan dengan sesama kita.

Sobat obor, di tengah kehidupan yang tidak menghargai pemimpin, kita diingatkan untuk menaruh hormat kepada pemimpin. Sikap hormat bukan berarti asal bapak senang. Kritik tetap boleh dilakukan asal semuanya disampaikan dengan sikap hormat (bandk. ayat 14). Allah telah mengizinkan keberadaan sosok tertentu sebagai pemimpin dalam hidup kita. Kita mungkin sangat geram melihat kelemahan dan keterbatasan yang membuat sang pemimpin akhirnya jatuh. Namun, adanya kelemahan itu tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk dengan sengaja merendahkan mereka. Saat mereka jatuh, kita patut berduka, bukan bersukacita. Olehnya, doakanlah para pemimpin yang Tuhan tempatkan, agar mereka dipelihara Tuhan untuk menjadi berkat bagi hidup kita. Amin (BFP)

Elya G. Muskitta