KEADILAN | KELUARAN 23 : 2-3

Sobat Obor, ada pepatah bijak yang berkata: “hanya ikan mati yang ikut arus menuju jurang!”. Di era sekarang, tekanan untuk “ikut yang ramai” sangat besar. Media sosial, grup pertemanan, bahkan lingkungan pelayanan bisa mendorong kita menyesuaikan diri demi diterima. Tapi Keluaran 23:2–3 memberi peringatan keras:“Janganlah engkau turut-turut dalam perbuatan jahat oleh karena orang banyak… ”Tuhan tahu betapa mudahnya manusia terdorong untuk menyesuaikan suara, bahkan saat itu berarti membelokkan keadilan. Kita bisa tergoda membela teman yang salah, atau menyerang orang lain karena tekanan mayoritas. Namun kebenaran tidak ditentukan oleh jumlah pendukung, tapi oleh firman Tuhan. Ayat 3 bahkan menegur bentuk lain dari ketidakadilan: berpihak karena belas kasihan pada orang miskin. Tuhan bukan menolak kita peduli, tetapi Ia mengingatkan bahwa keadilan tidak boleh diputar, entah demi si kuat atau si lemah.

Sebagai pemuda Kristen, kita dipanggil untuk jadi terang, berani berdiri tegak saat yang lain memilih diam atau menyimpang. Sekarang ini bahaya yang kita temukan adalah kebenaran itu dipengaruhi oleh banyaknya orang yang menyetujuinya. Misalnya, ada trend di sekolah- sekolah formal saat ini yang menganggap ketika seorang pemuda bersikap “bae- bae” atau berusaha hidup benar, maka ia akan mendapat perlakuan yang buruk dari banyak teman. Biasanya anak muda seperti ini akan dianggap “sok alim”, “so suci” dan malah berujung pada perundungan. Anak muda jadi enggan untuk jadi anak muda yang baik. Dan hal ini dianggap suatu kebenaran, hanya karena mayoritas anak muda beranggapan demikian, meskipun itu keliru. Semoga pemuda GMIM tidak demikian. Semoga pemuda gereja berani menyuarakan keadilan dan kebenaran meskipun tinggal saya sendiri yang menyuarakannya. Dunia butuh anak muda yang tidak goyah oleh suara mayoritas, tapi teguh pada suara kebenaran. Amin (DLW)